YOGYAKARTA – Perubahan yang begitu cepat dalam bidang teknologi menimbulkan dampak pada generasi milenial. Diantara dampaknya makin mudah untuk menjadi pengusaha. Menurut Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, generasi milenial memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, namun lemah dalam eksekusinya.
“Di era ini mudah menjadi pengusaha karena kemajuan teknologi. Hanya saja generasi milenial tingkat kesuksesan usahanya masih rendah karena faktor gaya hidup yang masih konsumtif,” katanya saat mengisi Executive Lecture Series yang digelar Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM, di University Club UGM, dilansir dari ugm.ac.id
Tantangan lain, lapangan pekerjaan menjadi semakin berkurang akibat kemajuan teknologi. Diperkirakan setidaknya 5 juta orang akan kehilangan pekerjaan akibat otomasi.
Pria yang akrab dipanggil CT ini mengatakan, di era ini banyak investor asing masuk ke Indonesia. Dampaknya, investor lokal juga kalah bersaing. Ditambah dengan kontribusi sektor industri yang terus menurun. “Karenanya perlu perubahan paradigma, pola pikir di era perubahan ini,” tegasnya.
Sebelum era digital, untuk menjadi pemenang hanya perlu lebih efisien dan produktif. Namun, untuk saat ini agar bisa memenangkan kompetisi perlu inovasi, kreativitas, serta enterpreneurship.
“Kalau saat ini dengan efisien dan produktif hanya bisa untuk bertahan saja. Tetapi untuk menang perlu inovasi, kreativitas, dan enterpreneurship,” tandasnya.
Sistem Pendidikan Perlu Dievolusi
Saat ini, kata dia, dibutuhkan adanya evolusi dalam sistem pendidikan di Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Sistem pendidikan menekankan pada aspek kreativitas, inovasi, dan kewirausahaan. Langkah tersebut diharapkan mampu untuk menghadapai tantangan perubahan zaman.
“Ini fungsi pendidikan dan UGM diharapkan bisa menghasilkan sumber daya manusia unggul yang produktif, efisien, kreatif, inovatif, serta berjiwa wirausaha. Sehingga penting bagi UGM melakukan perubahan paradigma ini,” tuturnya.
Bergeser ke Perusahaan Teknologi Digital
Dinyatakan, revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi generasi milenial. “Saat ini kita mengalami dua disrupsi yang luar biasa, yaitu bidang teknologi karena revolusi industri 4.0 dan gaya hidup karena adanya perubahan generasi yang menyebabkan perubahan gaya hidup,” jelasnya.
Dia menyebutkan, perubahan terjadi begitu cepat akibat disrupsi. Tren perkembangan teknologi juga telah bergeser sehingga perusahaan teknologi digital merajai ekosistem dan ekonomi dunia.
Misalnya, perusahaan General Electric (GE) dulu mampu menguasai dunia. Namun, saat ini perusahaan berbasis teknologi seperti Google, Facebook, dan lainnya yang menjadi penguasa ekonomi dunia.
Tak hanya itu, terjadi pergeseran terhadap nilai perusahaan. Jika dulu nilai perusahaan ditentukan oleh fisik seperti tanah, bangunan dan lainnya. Namun, saat ini data menjadi aset paling bernilai bagi perusahaan. (Siedoo)