MAGELANG – Pemerintah direkomendasikan untuk segera merevitalisasi bangunan museum tanpa mengurangi nilai cagar budaya yang ada. Selain itu, hendaknya museum dikemas dalam paket-paket wisata agar sesuai dengan keinginan para pengunjung dan update kemajuan jaman.
“Yang penting adalah perlu pembentukan manajemen khusus. Kalau bisa dibentuk semacam Unit Pelaksana Tugas (UPT) untuk mengelola museum. Serta bangun citra yang positif,” ujar Nur Afiyah Maizunati, peneliti dari Kota Magelang yang melakukan riset unggulan daerah mengupas tentang tata kelola museum dalam mendukung wisata budaya di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ia meneliti hal itu bersama dengan Yetty Setiyaningsih, dam Rahayuningtyas. Ketiganya merupakan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Magelang.
Tiga peneliti tersebut melakukan paparan penelitian mereka dalam kegiatan fasilitasi pelaksanaan riset unggulan daerah yang digelar oleh Badan Penelitian dan Pembangunan (Balitbang) Kota Magelang. Ada beberapa hal hasil penelitian yang disampaikan, diantaranya revitalisasi museum.
“Mau promosi sebagus apa pun kalau citra museum tidak menarik, ya angka kunjungan tidak meningkat signifikan,” jelas Zuna, yang merupakan Ketua Tim Peneliti.
Berdasarkan data per tahun 2017, angka kunjungan museum di Kota Magelang antara lain Museum Sudirman (5.946 orang), Museum BPK (44.675), Museum Diponegoro (3.848), Museum OHD (4.320), Museum Abdul Jalil (26.063), Museum Bumi Putera (1.441).
“Dengan kondisi tersebut, mendorong kami melakukan penelitian tentang museum. Karena selama ini museum tidak pernah dilirik. Padahal museum ini potensial dan penting,” katanya.
Penelitian ini, dilaksanakan dalam kurun waktu 2,5 bulan. Yakni mulai bulan Agustus hingga Oktober 2018. Ia mengatakan, kunjungan museum di Kota Magelang masih minim atau belum sesuai dengan harapan.
“Penyebabnya antara lain desain eksterior dan interior yang kurang menarik, infrastruktur kurang lengkap, belum ada pusat layanan informasi, minimnya promosi dan publikasi, dan lainnya,” jelas Zuna.
Kepala Balitbang Kota Magelang, Arif Barata Sakti mengatakan, kegiatan fasilitasi pelaksanaan riset unggulan daerah merupakan wahana para peneliti baik individu maupun kelompok untuk melakukan penelitian dan meningkatkan kemampuan sumber daya ilmiah masyarakat. Melalui kegiatan ini, Pemerintah juga mendorong partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah pembangunan daerah.
“Serta membangun jaringan kerjasama antar peneliti untuk menumbuhkan kapasitas inovasi dan memperkuat kerjasama antar peneliti dengan pemerintah daerah,” terang Arif.
Adapun hasil-hasil dari penelitian yang dilakukan nantinya akan menjadi bahan acuan dan pertimbangan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan. Dalam kegiatan fasilitasi pelaksanaan riset unggulan daerah, ada dua judul riset yang dipaparkan. Yakni tata kelola museum dalam mendukung kultural tourism di Kota Magelang oleh Nur Afiyah Maizunati dan tim.
Serta riset tentang kajian keberadaan monyet ekor panjang macaca fascicularis terhadap sektor pariwisata di Gunung Tidar Magelang : Studi populasi kepadatan/tingkah laku daya dukung habitat dan konflik dengan manusia dari Drh. Tauhid dan tim dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. (Siedoo)