JAKARTA – Perkembangan teknologi digital menggugah Harya Putra dan teman-temannya untuk mengembangkan startup bernama Warung Pintar. Pada dasarnya, Warung Pintar merupakan warung yang dikawinkan dengan teknologi dalam pengelolaannya. Hal tersebut tentu saja dapat memberikan kemudahan bagi pemilik warung serta kenyamanan bagi para pelanggannya.
Hal itu ditangkap sebagai peluang menjanjikan, mengingat warung merupakan salah satu kearifan lokal di berbagai daerah di Indonesia. Warung tidak hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari, tapi juga menjadi tempat bertemu dan berkumpulnya warga sebagai sarana komunikasi dan silaturahmi.
Dalam rangka merayakan satu tahun Warung Pintar dan pencapaian 1.000 warung, acara bertajuk Pesta Rakyat Pintar pun digelar di Teater Garuda Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Acara tersebut menghadirkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir sebagai tamu kehormatan bersama dengan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf dan Bupati Banyuwangi, Azwar Anas.
Pada kesempatan itu, Menristekdikti bersama Kepala Bekraf dan CEO Warung Pintar secara simbolis membuka penutup gerobak Warung Pintar. Prosesi ’buka warung’ tersebut menandai dibukanya secara resmi acara Pesta Rakyat Pintar.
Selanjutnya, Menristekdikti, Kepala Bekraf, dan Bupati Banyuwangi ‘kongkow’ bersama di depan ‘warung’ dengan salah satu CEO Warung Pintar, Harya Putra dalam perbincangan hangat. Menristekdikti menyampaikan apresiasinya pada startup Warung Pintar karena mengaplikasikan penggunaan teknologi untuk membangun ekonomi mikro.
“Ini memudahkan sistem jaringan pasar karena semua sudah menggunakan aplikasi untuk penjualan dan pemesanan barang. Selain itu Warung Pintar juga membuka lapangan kerja baru,” ujar Nasir.
Di era Revolusi Industri 4.0 perguruan tinggi di Indonesia dituntut untuk lebih inovatif dan mengajarkan serta menanamkan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswanya. Banyak potensi ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan lulusan perguruan tinggi. Perguruan tinggi juga diharapkan membuka program studi kekinian yang sesuai dengan perkembangan zaman.
“Itu yang sedang kita dorong untuk berubah. Sekitar 70% prodi di negara maju berbasis science and technology, itu yang diserap oleh industri. Di Indonesia perlu inovasi untuk membuka program studi yang sesuai kebutuhan pasar,” terang Menristekdikti seperti ditulis ristekdikti.go.id.
Selain itu, Nasir juga menjelaskan bahwa saat ini sedang mendorong program e-Learning dengan tetap mengedepankan kualitas pendidikan. Hal tersebut menjadi upaya dalam meningkatkan Global Competitiveness Index di Indonesia.
Di penghujung perbincangan, Menristekdikti menyampaikan akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang mengelola Warung Pintar sambil berkuliah. “Nanti kita siapkan anggarannya. Asal mau kerja keras dan berinovasi, pasti sukses,” ujar Nasir mantap. (Siedoo/NSK)