Siedoo.com -
Opini

Pemilih Pemula dan Pentingnya dalam Pemilu

Siedoo, Sudah menjadi hal lazim saat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) ataupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) salah satu topik pembahasan adalah Pemilih Pemula. Pemilih Pemula adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah WNI yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih. Atau sudah/pernah nikah yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.

Biasanya Pemilih pemula memiliki karakter yang berbeda dengan pemilih yang sudah terlibat pemilu periode sebelumnya yaitu:

  1. Belum pernah memilih atau melakukan penentuan suara di dalam TPS (Tempat Pemungutan Suara).
  2. Belum memiliki pengalaman memilih.
  3. Memiliki antusias yang tinggi.
  4. Kurang rasional.
  5. Biasanya adalah pemilih muda yang masih penuh gejolak dan semangat, dan apabila tidak dikendalikan akan memiliki efek terhadap konflik-konflik sosial di dalam Pemilu.
  6. Menjadi sasaran peserta pemilu karena jumlahnya yang cukup besar.
  7. Memiliki rasa ingin tahu, mencoba, dan berpartisispasi dalam pemilu, meskipun kadang dengan bebagai latar belakang yang rasional dan semu.

Antusias dalam Pemilu

Sikap ingin tahu yang besar mendorong pemilih pemula sangat antusias menyikapi Pemilu 2019. Mereka ingin berpartisipasi mencoblos dengan pilihan masing-masing. Selalu bertanya-tanya kepada pemilih senior bagaimana tatacara mencoblos dalam sebuah pemilu.

Aji Subiyantoro (17) warga Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengatakan sangat senang setelah namanya tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dia lebih mantap ikut mencoblos setelah menerima C6 (undangan mencoblos) dari petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) di wilayahnya.

“Saya senang meskipun baru pertama kali ikut Pemilu. Selama ini hanya dengar cerita orang mencoblos, kali ini saya akan mencoblos seperti mereka,” ujarnya kepada Siedoo.com.

Dalam hal ini kebanyakan pemilih pemula termasuk dalam kategori berlatarbelakang semu. Mengingat mereka masih ikut-ikutan dalam menentukan pilihan. Biasanya ikut seperti teman-taman lain seusianya. Sehingga masih rawan dipengaruhi untuk berubah pilihan.

Baca Juga :  Tidak Cukup dalam Konsep, Pendidikan Karakter Harus Dipraktikkan

Rasa partisipasi yang tinggi mendorong pemilih pemula menganggap suatu keharusan dalam memberikan suara dalam Pemilu. Hal ini menjadi alasan mereka karena akan menjadi pengalaman pertama dalam hidupnya, terutama dalam pesta demokrasi.

“Saya anggap memilih adalah hal menarik dan suatu hak warga negara ketika syaratnya terpenuhi. Jadi sangat sayang bila tidak digunakan hak pilih tersebut,” ungkap Aji yang kini duduk di kelas XI sebuah SMK di Magelang itu.

Peran pemilih pemula dalam Pemilu

Pemilih pemula menjadi incaran para kontestan Pemilu. Baik dari partai politik maupun personal termasuk pendukungnya. Pemilih pemilu yang rentan dipengaruhi ini sangat mudah dijaring dan akan menjaring teman yang lain.

Namun sebagai generasi penerus tentunya juga harus belajar kepada yang lebih paham tentang Pemilu. Bahwa menjelang Pemilu banyak pengaruh dalam menentukan pilihan. Hal ini pun dialami oleh Aji.

“Saya dan teman-teman memang sering mendapat bujukan untuk memilih kontestan tertentu. Tapi menurut saya karena hak saya berusaha tetap pada pendirian, sehingga tidak beda dengan sesama teman,” ungkapnya.

Aji mengaku dalam Pemilu 2019 ini dia banyak bertanya dengan para tokoh yang lebih paham akan kondisi politik Indonesia. Sehingga dia mantap dengan pilihannya, meski diakui dia beda pilihan dengan kakak kandungnya sekalipun.

“Ini adalah hak azazi, hak setiap warga negara yang sudah memenuhi syarat ikut Pemilu. Sebagai pemilih pemula saya pun ingin seperti warga yang lain. Turut menjaga suasana damai meski berbeda pilihan,” tukasnya.

Pemikiran Aji Subyantoro patut dicontoh para pemilih pemula yang lain. Meski pilihan itu hak azasi namun tetap ingin suasana Pemilu damai.

Itulah sekilas tentang pemilih pemula yang masih labil, namun tidak semua mudah dipengaruhi atau pun diprovokasi. (*)

Apa Tanggapan Anda ?