JAKARTA – Gempa bumi dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Suteng) pada Jumat (28/9/2018) lalu hingga kini masih menyedot perhatian berbagai pihak. Termasuk dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kementerian yang diantara tugasnya mencerdaskan bangsa tersebut sedang melakukan identifikasi sekolah rusak paska musibah tersebut.
“Kami lakukan identifikasi berdasarkan dua daerah terdampak gempa di sana,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy sebagaimana dikutip antara.com.
Pihaknya juga akan segera melangkah untuk mempercepat proses pemulihan kegiatan belajar mengajar. Pemerintah memastikan kegiatan belajar-mengajar tidak terhenti apapun kondisinya.
Untuk siswa, Kemendikbud akan memberikan penyembuhan trauma gempa kepada mereka dengan melibatkan berbagai unit pelaksana teknis.
“Kita akan libatkan dari berbagai unit pelaksana teknis, termasuk kerja sama dengan perguruan tinggi,” tambah pria yang sering mengenakan peci hitam ini.
Dia mengatakan, kondisi di Palu dan Donggala agak berbeda dengan kasus di NTB.
“Kalau NTB itu infra pendidikan terutama unit pelaksana teknis (UPT) utuh. Sekarang ini UPT kita juga terdampak. Sekolah belum diidentifikasi, guru juga masih dicari,” kata dia.
Dinyatakan, pendataan sekolah rusak dan tenaga pendidik yang terdampak gempa sulit dilakukan. Kemendikbud akan mengambil alih dari pusat atau UPT terdekat. Yaitu, dari Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur.
“Seorang staf UPT Kemendikbud di Palu juga menjadi korban meninggal dunia akibat gempa,” akunya.
844 Orang Meninggal Dunia
Sebagaimana ditulis cnnindonesia.com, korban tewas akibat gempa tersebut saat ini mencapai 844 orang meninggal dunia. Korban tewas terbanyak berada di Palu yakni 821 orang. Sementara di Donggala 11 orang dan Kabupaten Parigi Moutong 12 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwonugroho mengatakan jumlah korban ini berdasarkan data petugas di lapangan yang sudah dikonfirmasi. Sementara data lain merupakan perkiraan dan belum teridentifikasi serta dievakuasi.
“Jumlah korban meninggal di Palu sama tapi 744 orang sudah terverifikasi. Kebanyakan korban meninggal karena tertimpa oleh bangunan yang roboh karena gempa,” kata Sutopo.
Sementara korban luka 632 orang dan kini dirawat di berbagai rumah sakit. Pengungsi juga telah mencapai 48 ribu orang di Palu. Data pengungsi di Donggala dan wilayah lainnya belum terdata.
Masalah listrik padam dan akses masih menjadi kendala sulitnya mendata pengungsi.
Kronologi Tsunami
Untuk kronolgi gempa di hari tersebut, pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB. Gempa tersebut berkekuatan magnitudo 6 dengan kedalaman 10 km.
Setelah itu, gempa kembali terjadi pukul 17.02 WIB dengan kekuatan yang lebih besar, yaitu magnitudo 7,4 dengan kedalaman yang sama, 10 km di jalur sesar Palu Koro.
Gempa tersebut tergolong gempa dangkal dan berpotensi memicu tsunami.
Lima menit paska gempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini tsunami.
Ketika terjadi warning tsunami, BMKG menyatakan pada pukul 17.02 dengan status Siaga dan Waspada. Arti status Siaga, tinggi tsunami adalah 0,5-3 meter untuk di pantai barat Donggala. sedangkan Waspada, kurang dari setengah meter Kota Palu bagian barat. (Siedoo)