SEMARANG – MENGHADAPI perubahan global yang begitu cepat, perguruan tinggi dituntut melakukan penyesuaian, agar lulusannya tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kualitas dosen serta peneliti terhadap perkembangan industri informasi dan digital. Namun, upaya tersebut perlu didukung sarana, prasarana serta infrastruktur pendidikan yang memadai.
Demikian dikatakan Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, saat memberikan kuliah umum pada acara penerimaan mahasiswa baru Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) di kampus tersebut, dilansir suaramerdeka.com, Senin (24/09/2018).
Bambang mendorong perguruan tinggi melakukan perubahan yang responsif terhadap teknologi informasi. Satu diantaranya dengan mengembangkan program cyber university, seperti sistem perkuliahan jarak jauh. Menurutnya, program ini dinilai sangat baik untuk membantu anak-anak di daerah terpencil agar bisa mengikuti jenjang pendidikan tinggi.
Bambang menyebut, berdasarkan data United Nations Development Programs (UNDP) 2017, indeks pendidikan Indonesia berada di urutan ke-7 di antara negara-negara Asean. Diketahui Singapura menduduki urutan pertama. Kemudian diikuti Malaysia, Brunei, Thailand, Philipina dan Vietnam. Setelah itu Indonesia, Timor Leste, Kamboja serta Laos.
“Masih rendahnya indeks pendidikan, karena jumlah penduduk Indonesia sangat besar dan wilayahnya sangat luas, sehingga tingkat pemerataannya masih kurang,” ungkapnya.
Menurut Bambang, mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa, yang harus dibekali dengan ilmu pengetahuan teknologi. Tak hanya itu, mereka juga harus memiliki keterampilan berwirausaha, agar siap memasuki dunia kerja dan menciptakan lapangan kerja sendiri.
“Persoalannya adalah sejauh mana perguruan tinggi mampu mencetak tenaga-tenaga ahli sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia industri. Ini sekaligus menjadi tantangan bersama,” paparnya.
Siedoo/NSK