YOGYAKARTA – Kader organisasi kemahasiswaan (ormawa) yang berkedudukan di Yogyakarta menyampaikan pandangannya terkait Pileg dan Pilpres 2019 dalam diskusi bertema “Peran Organisasi Pergerakan terhadap Pendidikan Politik di Masyarakat”.
Dalam diskusi yang digelar Korsp Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (Komap) Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta (UMY), di kampus setempat itu diikuti berbagai organisasi. Seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DIY, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Cabang Kota Yogyakarta.
Lalu ada Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kota Yogyakarta, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) DIY, Forum Sekolah Bersama (Sekber) Yogyakarta, Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI) DIY, dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) DIPO Cabang Kota Yogyakarta.
Sebagaimana ditulis umy.ac.id, berikut pendapat beberapa perwakilan dari organisasi kemahasiswaan tersebut:
IMM
Suyoto, dari IMM DIY mengatakan, pendidikan politik kepada masyarakat seharusnya dilakukan oleh parpol. Namun, pada kenyataannya parpol di Indonesia hanya muncul ketika menjelang pemilu saja.
Kemunculan mereka bukan untuk memberikan pendidikan politik secara jelas dan berkelanjutan. Melainkan, hanya untuk mencari simpati masyarakat agar memilih calon yang diusung oleh mereka.
“Parpol di Indonesia bisa diibaratkan seperti seseorang yang mendorong mobil mogok. Ketika mobil tidak berjalan politisi memanggil rakyat untuk membantu mendorong mobil. Tetapi ketika mobil itu sudah menyala, orang yang membantu pasti ditinggalkan,” ujarnya.
Forum Sekber
Hasan M. Thaib sebagai perwakilan dari Forum Sekber memaparkan pendidikan politik bagi masyarakat sangat diperlukan, supaya bisa selektif dalam memilih pemimpin.
Selain itu, dikatakan, mahasiswa memiliki andil yang besar dalam proses pendidikan politik terhadap masyarakat.
“Masyarakat harus mendapatkan pemahaman mengenai politik, supaya tidak tertipu ketika elit politik berbondong – bondong datang menawarkan visi, misi serta janji. Sebagai kaum terpelajar, mahasiswa harus melek terhadap isu politik yang ada di negeri ini, agar bisa membantu masyarakat yang awam,” tutur Hasan.
KAMMI
Generasi milenial yang saat ini menjadi mahasiswa sangat sering mengakses media sosial di berbagai tempat dan waktu. Sementara itu, terdapat banyak sekali konten di media sosial mengandung berita bohong atau hoax terkait isu politik.
Rais Kaharuddin, perwakilan dari KAMMI DIY, mengingatkan kepada seluruh mahasiswa untuk bisa memilih dan memilah informasi yang tersebar di media sosial.
“Sekarang, banyak sekali informasi bohong yang tersebar melalui media sosial. Untuk itu, kawan – kawan sekalian harus bisa menyaring informasi dengan baik,” pungkas Rais.
HMI
Irfan Fakhri dari HMI menyatakan, organisasinya tidak akan ikut campur untuk memenangkan salah satu parpol yang berpartipasi dalam pemilu 2019.
“Organisasi kami tidak akan turut serta dalam politik praktis besok. Akan tetapi kami akan selalu memberikan pemahaman politik kepada masyarakat agar tidak termakan janji palsu para elit politik,” tutupnya.
Di akhir diskusi, seluruh perwakilan dari anggota pergerakan yang hadir menyatakan bahwa organisasi mereka tidak akan berpartisipasi dalam politik praktis 2019. Tetapi, mereka akan tetap melakukan pendidikan politik kepada mahasiswa dan masyarakat umum tentunya. (Siedoo)