Siedoo.com -
Inovasi Nasional

Kemendikbud Targetkan Buka Kelas Ibu Hamil di 92 Daerah

JAKARTA – Ingin anak Indonesia hidup sehat dan normal, jauh dari stunting atau kekerdilan atau cebol (Bahasa Jawa), Kemendikbud menyiapkan langkahnya. Ini tidak lain ditempuh untuk mendukung keberhasilan dunia pendidikan. Sebab, kondisi anak didik yang sehat dan normal menjadi salah satu modal suksesnya pendidikan.

Langkah yang ditempuh yakni Kemendikbud menyelenggarakan kelas “parenting” bagi ibu hamil dan orang tua bayi berusia 0-2 tahun di 92 kabupaten di Indonesia. Ini sebagai bagian dari program nasional pencegahan “stunting” (kekerdilan).

Tahun lalu kelas parenting sudah dilakukan di delapan kabupaten di antaranya Kulon Progo, Klaten, Nganjuk, Banggai, Polewali Mandar, Lombok Barat, Sumbawa, dan Maluku Tengah.

Selanjutnya, pada tahun 2018 targetnya di 92 kabupaten dengan sasaran kantung-kantung prevalensi “stunting”.

Pelaksana bimtek kelas parenting terdiri dari tiga unsur, yakni kepala desa, perwakilan PKK, pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Tiap desa akan memilih satu PAUD yang terbaik untuk dijadikan lokasi untuk dua kali pertemuan kelas parenting. Kegiatan ini dibiayai dari dana desa,” kata Direktur Pendidikan Keluarga Ditjen PAUD dan Dikmas Kemdikbud Sukiman dilansir dari antara.com

Siapkan Buku Parenting

Guna mendukung kelas tersebut, Kemdikbud menyiapkan buku-buku “parenting” dalam kaitannya dengan 1.000 hari pertama kehidupan, berupa buku bacaan bagi orang tua serta cakram tentang 1.000 hari pertama kehidupan yang disampaikan oleh ahlinya.

Kenali Penyebab Stunting

Sebagaimana ditulis depkes.go.id, Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).

Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.

Baca Juga :  Guru Besar UIN Suka Prof Dr Susiknan Azhari : Gerhana Jadi Objek Kajian Menarik

Untuk menekan angka tersebut, masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting.

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).

Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik.

Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan kondisi konsumsi makanan ibu hamil dan balita tahun 2016-2017 menunjukkan di Indonesia 1 dari 5 ibu hamil kurang gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein, 7 dari 10 Balita kurang kalori, serta 5 dari 10 Balita kurang protein.

Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.

Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Untuk mencegahnya, perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal sejak dalam kandungan.

Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi. Selain itu butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air bersih. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?