Siedoo.com -
Nasional

Empat Daerah Raih Penghargaan atas Keberhasilan Memberantas Buta Huruf

DELISERDANG – Empat pemerintahan kabupaten/kota di Indonesia dinilai berhasil dalam penuntasan buta huruf  bagi warganya. Atas keberhasilannya, membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan penghargaan.

Empat pemerintahan tersebut adalah:

  1. Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
  2. Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
  3. Kabupaten Bogor, Jawa Barat
  4. Kota Tegal, Jawa Tengah

Disamping itu, Kemendikbud juga memberikan penghargaan kepada 10 pegiat aksara, 22 tokoh adat pendukung pendidikan keaksaraan dasar pada Komunitas Adat Terpencil/Khusus (KAT), 6 pegiat perempuan bidang pendidikan kesetaraan, 3 peserta didik Pendidikan Keaksaraan Dasar, 3 peserta didik Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri.

Selanjutnya penghargaan juga diberikan kepada lembaga pendidikan non – formal dan informal, yakni 3 lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), 3 lembaga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan 10 Taman Baca Masyarakat (TBM) Kreatif-Rekreatif.

“Saya ucapkan selamat dan penghargaan kepada semua, atas prestasinya dalam mendukung dan menuntaskan buta aksara,” ungkap Mendikbud dalam puncak Hari Aksara Internasional (HAI) ke- 53 di Kabupaten Deliserdang, Sabtu (8/9/2018).

Dikatakan, dalam sepuluh tahun terakhir ini, Indonesia patut bersyukur karena berhasil meningkatkan keaksaraan masyarakat secara signifikan. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah membuktikan keberhasilannya dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang dideklarasikan di Dakar.

”Oleh sebab itu, kita patut memberikan penghargaan kepada daerah-daerah yang telah berhasil menurunkan angka buta huruf secara signifikan di daerahnya,” tandasnya.

Mendikbud mengemukakan, sampai saat ini tercatat terdapat 11 provinsi yang persentase buta aksaranya masih di atas rata-rata nasional (2,07%). Provinsi tersebut adalah Papua (28,75 persen), Nusa Tenggara Barat (NTB) (7,91 persen), Nusa Tenggara Timur (NTT) (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), Jawa Tengah (2,20 persen)

Baca Juga :  Efektivitas Pendidikan Nasionalisme Melalui Prime Time

“Tugas untuk mengentaskan buta aksara dan membebaskan bangsa ini dari kebutaaksaraan bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Melainkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dengan terbebasnya bangsa ini dari buta aksara, maka kualitas sumber daya manusia akan semakin meningkat,” tutur Mendikbud.

Seperti diketahui, Negara Indonesia masih belum terbebas dari buta aksara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, secara nasional masih ada sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (15-59 tahun) yang buta aksara.

Dari 34 total provinsi, masih ada 23 provinsi yang memiliki angka buta huruf di bawah angka nasional. Sedangkan 11 provinsi, angka buta hurufnya di atas angka nasional. Dari jumlah penduduk Indonesia yang menyentuh angka sekitar 250 juta jiwa, yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen.

Program Pemberantas Buta Aksara

Dalam pengembangan masyarakat, Mendikbud mengatakan, pemerintah memberikan layanan program pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan di daerah terpadat buta aksara, daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T), dan komunitas adat terpencil/khusus. Selain itu juga pemerintah memberikan layanan melalui program “Kampung Literasi” dan “Desa Vokasi”.

“Melalui program ini diharapkan dapat membentuk kawasan desa inisiator pengembangan budaya baca masyarakat dan terbentuknya kelompok-kelompok usaha yang memanfaatkan potensi sumber daya dan kearifan budaya lokal. Lebih khusus di daerah-daerah 3T,” kata Mendikbud.

Untuk menumbuhkan kesungguhan dan komitmen Pemerintah, pemerintah daerah, dan dukungan seluruh masyarakat, peringatan HAI tahun 2018 mengangkat tema ”Mengembangkan Keterampilan Literasi yang Berbudaya”.

“Tema ini merupakan inspirasi kepada kita tentang kesungguhan dan komitmen untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan layanan pendidikan keaksaraan sebagai fondasi gerakan pemberdayaan masyarakat. Bukan sekedar penuntasan buta aksara semata tetapi juga untuk menumbuhkembangkan keaksaraan dalam arti yang lebih luas,” jelas Mendikbud.

Baca Juga :  Terobosan Gayeng, Jateng Akan Kirim Guru Berprestasi ke Finlandia

Enam Literasi Dasar

Keberaksaraan atau literasi yang dirumuskan oleh World Economic Forum (2016), merupakan kecakapan orang dewasa abad 21. Terdapat enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh setiap orang dewasa, yakni:

1) baca tulis

2) numerasi

3) sains

4) digital

5) finansial

6) budaya dan kewargaan

”Literasi dan Pengembangan Keterampilan menunjukkan bahwa keaksaraan bukan hanya sekadar prioritas pada aspek baca, tulis, hitung (calistung). Tetapi juga pentingnya pengembangan keterampilan sebagai investasi yang sangat penting bagi masa depan dan kemajuan bangsa yang bermartabat,” ujar Mendikbud.

Penyelenggaraan peringatan HAI tingkat nasional tahun ini dipusatkan di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, diawali dengan Pameran Produk Unggulan PAUD dan Dikmas serta Satuan Pendidikan Nonformal dari berbagai provinsi dan seluruh kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara. Festival literasi, dan berbagai kegiatan lain sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas warga belajar pendidikan nonformal, dibuka Bupati Deli Serdang pada 7 September 2018.

Selain itu, peringatan HAI tahun ini juga didukung dengan beberapa kegiatan di jajaran Kemendikbud. Antara lain Pameran Program PAUD dan Dikmas yang inovatif dan produk-produk unggulan, Temu Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Festival Literasi Indonesia, Simposium Pendidikan Kesetaraan, workshop pengembangan pendidikan keaksaraan pada komunitas adat, dan workshop peningkatan kapasitas implementasi Kurikulum 2013 PAUD. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?