BALI – Usia Green School Bali baru saja bertambah satu tahun, memasuki kesepuluh, tepat pada 31 Agustus 2018. Waktu itu, tepat satu hari sebelum tanggal dibukanya Green School untuk pertama kalinya yaitu 1 September 2008.
Perayaan 10 tahun ini juga ditandai dengan peluncuran identitas dan logo baru Green School, dimana murid kelas 12 menukarkan logo yang lama dengan murid kelas 2. Logo baru ini terinspirasi dari bangunan bambu ikonik di Green School yang dikenal sebagai ‘Heart of School’ yang juga merupakan salah satu bangunan berarsitektur bambu terbesar di dunia.
“Logo dan identitas baru Green School berkembang mewakili perjalanan kami selama sepuluh tahun terakhir dan harapan kami di masa yang akan datang,” kata Ketua Dewan Manajemen Green School Kate Druhan.
Perayaan sepuluh tahun Green School dilaksanakan di sekolah tersebut yang berlokasi di tengah hutan Bali dan dihadiri Keluarga Pelopor, yaitu siswa-siswi, guru dan staf yang sudah bergabung dengan Green School sejak 2008. Perayaan tersebut dihadiri pendiri Green School, John dan Cynthia Hardy, sekitar lima ratus murid-murid Green School, orang tua, guru dan pegawai Green School termasuk komunitas lokal seperti murid-murid Kul Kul Connection yang menampilkan flash mob di lapangan Green School.
“Logo ini merepresentasikan tiga pilar Green School. Program pembelajaran yang bermakna, lingkungan belajar menyatu dengan alam, dan komunitas pelajar,” kata Kate Druhan.
Presiden Yayasan Kul Kul yang menaungi Green School Tirka Widanti merasa sangat bangga menjadi sekolah yang sudah berkembang selama sepuluh tahun terakhir. Dari 80 murid di tahun 2008 menjadi hampir 500 murid yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Sekolah mendidik dengan pendekatan holistik untuk menginspirasi dan memberdayakan murid-murid agar menjadi pemimpin yang ramah lingkungan. Termasuk siswa-siswi Indonesia. Murid Green School berasal dari 35 negara sehingga sekolah ini menjadi sangat multikultural. Namun, murid, guru dan staf lokal di Green School memiliki peranan yang sangat penting.
“Terutama untuk memperkenalkan budaya dan kearifan lokal bagi masyarakat internasional dan juga menerapkan inisiatif ramah lingkungan bagi masyarakat di sekitar Green School, Bali,” jelasnya.
Berlokasi di Bali, Indonesia, Green School selalu memberikan perhatian khusus bagi masyarakat lokal. Green School telah memberikan Beasiswa Lokal untuk anak-anak Indonesia sejak dibuka pada tahun 2008. Tahun ini, murid-murid yang mendapatkan beasiswa penuh di Green School berjumlah 43 orang, yang merupakan jumlah terbesar dibandingkan seluruh sekolah internasional di Indonesia.
Di samping itu, Green School memiliki program integrasi komunitas yang menyediakan Kelas Bahasa Inggris secara gratis untuk lebih dari 300 anak-anak Bali. Murid lokal ini hanya membayar kelasnya dengan 5 kg sampah daur ulang per semester, sehingga dikenal sebagai “Trash for Class”.
Selain itu, Green School mengadakan pelatihan Green Educator Course untuk guru-guru Indonesia dari sekolah lokal, program magang untuk anak muda Indonesia, dan “Kembali ke Sekolah”. Yaitu program pendidikan manajemen sampah dan daur ulang di sekolah lokal. Seluruh inisiatif ini tidak lain adalah untuk membawa perubahan bagi masyarakat lokal di Bali, Indonesia agar lebih ramah lingkungan.
Green School merupakan sebuah sekolah swasta non-profit dari tingkat PAUD hingga SMA yang berlokasi di Bali, Indonesia, dan yang menawarkan sebuah kawasan sekolah yang asri, dengan struktur bambu yang kuat dan kokoh namun juga indah di tengah kawasan hutan yang dikelilingi oleh kebun organik yang rimbun dan dialiri Sungai Ayung. Misi sekolah adalah ‘A Community of Learners Making our World Sustainable’ (“Komunitas Pembelajar yang Membuat Bumi Kita menjadi Lebih Berkelanjutan’).
Green School mengajarkan konsep pendidikan berwawasan berkelanjutan melalui program pembelajaran yang terintegrasi dengan komunitas masyarakat, jiwa kewirausahaan dan program yang berpusat pada siswa. (Siedoo)