Siedoo, Persediaan limbah jerami di Indonesia terbilang melimpah. Tetapi, limbah tersebut selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Padahal jerami padi mengandung 36,5 persen selulosa, 33,8 persen hemiselulosa, dan 12,3 persen lignin,” kata salah satu mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur Sulistiyawati Dewi Kiniasih.
Dengan potensi yang ada pada jerami, Dewi dan rekannya membuat sebuah inovasi baru. Itu agar bisa lebih memanfaatkan limbah jerami yang melimpah menjadi bahan superkapasitor. Inovasi elektroda karya tiga mahasiswa Departemen Fisika ITS ini diberi nama EL-NANO (Elektroda Nanokarbon). Selain Dewi ada juga Michael Lianto, dan Irma Septi Ardiani.
Superkapasitor adalah penyimpan energi yang memiliki kapasitas penyimpanan muatan yang besar. Serta, proses pengisian dan pengosongan muatan yang cepat. Tim membuat bahan superkapasitor tersebut dengan elektroda nanokarbon, karena saat ini nanokarbon menjadi perhatian para peneliti.
“Nanokarbon ini memiliki ukuran yang kecil dan memiliki luas permukaan yang tinggi,” jelasnya.
Dengan luas permukaan yang tinggi tersebut, elektroda semakin banyak menyerap ion. Sehingga, nilai kapasitansinya meningkat.
Melihat kandungan yang ada, limbah jerami padi ini berpotensi menjadi bahan baku pembuatan elektroda. Setelah dilakukan beberapa penelitian, potensi tersebut benar adanya. Kapasitansi EL-NANO yang berbahan limbah jerami padi ini mampu mencapai 36,68 F/g (baca: Farad per gram) setelah diuji voltametri siklik. Voltametri merupakan teknik dalam elektrokimia.
“Angka kapasitansi EL-NANO jauh lebih besar daripada baterai dan kapasitor yang dijual di masyarakat,” urainya.