Siedoo, Upaya untuk mewujudkan Kampung Literasi kembali dilakukan akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur. Minat baca di masyarakat perlu didorong agar lebih giat membaca. Untuk mewujudkan itu, maka akademisi dari ITS terjun ke masyarakat dan mengabdikan diri untuk membina lima Taman Baca Masyarakat (TBM) sekaligus.
Program yang akan dilaksanakan selama lima minggu dan dimulai pada 16 Juli 2018 ini memiliki tujuan untuk mendorong terjadinya pembiasaan masyarakat terhadap aktivitas membaca berbagai jenis teks atau wacana. Serta, melakukan pemberdayaan TBM sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, diharapkan kegiatan ini akan menjadi cikal bakal terbentuknya laboratorium belajar di TBM kawasan sekitar ITS.
Sesuai usulan Perpustakaan Kota Surabaya, lima TBM yang dikelola yaitu TBM RW 3 Keputih, TBM Kelurahan Kejawan Putih Tambak, TBM Rusunawa Keputih, TBM RW 4 Kejawan Putih Tambak, dan TBM RW 1 Gebang Putih. Sedangkan kegiatan pertama sekaligus menjadi acara pembuka dimulai di TBM RW 3 Keputih.
Untuk menumbuhkan kecintaan pada TBM yang semakin meredup, Kampung Literasi pun didukung oleh program reproduksi cerita. Di sini pengunjung yang mayoritas anak-anak itu akan membaca, menceritakan dan kemudian menuliskan cerita baru sesuai dengan informasi yang mereka terima. Selain itu, direncanakan ITS ikut andil dalam membantu penerbitan karya tersebut.
“Ini bisa mendorong perasaan bangga usai menghasilkan karya,” kata Ketua Pelaksana Dr Kartika Nuswantara SPd MPd.
Program yang berhasil mengumpulkan 500 buku sumbangan dalam sebulan ini, juga berkesempatan memamerkan karya yang telah diterbitkan pada kegiatan open house Perpustakaan September 2018 nanti. Untuk memeriahkan acara tersebut mereka juga akan mengundang salah satu komunitas menulis di Surabaya.
“Agenda open house nanti ada pameran novel anak, pemberian hadiah pada karya terbaik juga cerdas cermat untuk anak,” jelas wanita asal Surabaya tersebut.
Tim pengabdi yang terdiri dari dosen, karyawan, mahasiswa lintas departemen di ITS tersebut akan melakukan pendampingan literasi kepada sekitar 100 anak usia 7-12 tahun. Dalam kesempatan tersebut, tim pengabdi ITS juga memberikan sejumlah donasi berupa karpet, papan tulis, perlengkapan majalah dinding, kipas angin, paket buku baru, serta buku bekas layak baca yang merupakan sumbangan civitas akademika ITS.
“Anak-anak terlihat sangat bersemangat membaca buku-buku donasi dari ITS,” ungkapnya.
Upaya mewujudkan Kampung Literasi ini tidak lepas dari kondisi ramainya pemakaian gawai (gadget) pada anak- anak. Hal itu menyebabkan minat baca mereka semakin menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut, ITS Surabaya bersiap mengembangkan sebuah Kampung Literasi. Dengan mengelola lima wilayah Taman Baca Masyarakat, program ini turut menjadi bentuk pengabdian ITS pada masyarakat sekitar.
“Program yang bernama Kampung Literasi sebagai laboratorium pembelajaran sepanjang hayat ini, merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM)-LPPM ITS, Perpustakaan ITS dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya,” jelasnya.
Sementara itu, berbeda dengan pengabdian yang dilaksanakan di kawasan Dolly tahun lalu, Kampung Literasi ITS ini menekankan pada pembudayaan membaca nyaring. Hal ini dilakukan untuk membuat kegiatan yang menyenangkan guna melatih kebiasaan mendengar pada anak, meningkatkan kejelasan pelafalan membaca, sekaligus membangun interaksi antar kedua pihak.
“Jika silent mereka pasti sibuk sendiri. Sedangkan read aloud minimal dua orang yang melakukan,” jelas dosen bahasa Inggris itu.
Selain itu, membaca nyaring dinilai penting untuk membentuk dan menanamkan nilai moral pada anak. Meyakini prinsip lebih cepat lebih baik, membaca nyaring akan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk menyimpan informasi di memori jangka panjang.
“Dengan begini kita sebagai orang tua akan melatih mereka menjadi generasi yang lebih baik,” tandasnya.