MAGELANG – Para ibu – ibu di kawasan Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah diajak untuk memanfaatkan tanaman sekitar dengan maksimal. Tanaman yang tumbuh di sekitar lingkungan bisa dimanfaatkan untuk beberapa hal. Mulai dari souvenir dan budidaya tanaman obat keluarga (toga).
“Mulai sekarang kami ajak para warga, khsususnya melalui ibu-ibu anggota Dasa Wisma untuk berpikir kreatif dalam menanfaatkan toga yang bisa digunakan sebagai suvenir pernikahan atau oleh-oleh. Tinggal tergantung dari kemasan dan sajiannya,” kata salah satu akademisi dari Universitas Muhammadiyah Magelang (UM) Rasidi, M.Pd.
Rasidi menyampaikan itu saat menjadi motivator dalam acara monitoring di Balai Desa Growong, Kecamatan Tempuran. Dalam kegiatan yang diikuti 20 peserta ibu-ibu anggota Dasa Wisma, pemateri membahas soal toga yang sudah ditanam. Tim melakukan penguatan kelembagaan dengan menghadirkan pemateri yakni Gunawan SP (Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Tempuran) yang membahas tentang budidaya tanaman obat.
Rasidi antara lain juga memberikan motivasi kepada warga agar toga dimanfatkan secara maksimal sebagai awal untuk penghasilan tambahan. Ia kemudian mencontohkan beberapa produk dari toga yang memiliki nilai jual tinggi bila dikemas secara unik dan apik. Rasidi yang tengah menyelesaikan studi Doktornya itu bahkan mengajak warga untuk segera membuat produk yang bisa dijual dan akan dibantu dalam hal kemasan, serta penjualannya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kelompok Dasa Wisma Kecamatan Tempuran dengan judul Pemanfaatan Pekarangan Rumah sebagai Tanaman Obat Keluarga. Mereka yang menjalankan program tersebut yaitu tiga dosen dari UM Magelang dan Universitas Tidar Magelang. Ketiga dosen terebut yakni Ns. Robiul Fitri Masithoh, M.Kep (dosen Fikes UM Magelang), Friztina Anisa, SE., MBA (dosen FE UM Magelang) dan Siti Nurul Iftitah,ST,MP (dosen FT Untidar). Proposal tersebut berhasil lolos dalam pendanaan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Dikti tahun 2018.
Program itu tidak lepas dari Desa Growong yang didominasi oleh hutan. Banyak rumah warga yang memiliki lahan kosong atau pekarangan yang belum digunakan. Dimana budidaya tanaman obat keluarga (toga) yang bermanfaat dapat dilakukan. Melihat potensi tersebut, tiga dosen itu kemudian mengajukan proposal.
“Meskipun tampaknya simpel, kegiatan tersebut ternyata sangatlah bermanfaat bagi warga Desa Growong,” kata Robiul Fitri atau yang biasa disapa Fitri.
Meskipun sudah tinggal di sana berpuluh-puluh tahun, warga ternyata belum memanfaatkan lahan untuk toga yang dimasukkan dalam polibag. Hal tersebut diakui oleh Samiyah, Ketua Dawis yang mengikuti program kegiatan, yang kini lahannya ditanami toga.
Fitri menjelaskan, program kemitraan masyarakat ini, bertujuan untuk mengoptimalkan toga di Desa Growong khususnya Dusun Growong dan Gondang melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan pada seluruh aspek. Mulai dari cara pemanfaatan pekarangan, pengolahan toga serta diversifikasi toga.
“Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain kesepakatan dengan kelompok desa wisma dan perangkat desa, serta pelatihan budidaya toga,“ ujar Fitri.
Kegiatan tersebut sudah dilakukan, selain juga pengolahan toga sebagai wedang jahe dan kunyit yang bekerjasama dengan Program Iptek bagi Desa Mitra (IbDM). Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut, adalah model pemberdayaan masyarakat partisipatif atau metode Participatory Rural Apraisal (PRA). Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa yang mempunyai atau menghadapi masalah adalah mitra. Oleh karena itu keterlibatan mitra dalam penentuan pemecahan masalah yang dihadapi dan penyelesaiannya sangat diperlukan.
Diakhir acara, tim memberikan reward kepada ibu-ibu yang tanaman obatnya dinilai paling subur. Disamping juga memberikan penghargaan bagi dawis yang telah mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias. Tak lupa, tim juga meninjau toga yang ditanam warga serta memberikan beberapa arahan.