Siedoo.com -
Daerah Featured

Perkembangan Perpusdes Muda Bhakti, di Tengah Hantaman Erupsi

MAGELANG – Perpustakaan Desa (Perpusdes) Ngablak Muda Bhakti, Kecamatan Srumbung menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan para pegiat literasi. Hal itu setelah perpusdes tersebut keluar sebagai juara I dalam Lomba Perpustakaan Desa / Kelurahan tingkat Provinsi Jawa Tengah. Perpusdes dari daerah lain tersingkir dan harus mengakui keunggulan perpusdes Muda Bhakti, yang berjarak sekitar 12 km dari puncak Merapi tersebut.

Meski di lereng gunung, namun semangat warga untuk membaca patut diapresiasi. Tidak hanya anak – anak, gedung perpusdes juga tak luput disambangi para pemuda, orang tua hingga lansia. Aktivitas yang dilakukan mereka pun beragam.

Perpusdes Muda Bhakti berhasil menarik perhatian para juri hingga mendapatkan penilaian tertinggi, 903,7 poin. Disusul juara II dari Perpustakaan IQRO Desa Lamuk, Kecamatan Kecobong, Purbalingga 866,9 poin dan juara III diduduki Perpustakaan Citra Ilmu Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dengan perolehan 701 poin.

Adapun penilaian perpusdes yang dilakukan para juri terdiri dari berbagai unsur. Seperti organisasi perpustakaan, gedung atau ruang perpustakaan, sarana dan prasarana, tenaga pengelola, koleksi perpustakaan, pengolahan bahan pustaka, layanan perpustakaan, promosi, kerjasama perpustakaan, anggaran perpustakaan dan kegiatan pendukung. Setelah dinobatkan menjadi nomor wahid, maka Perpusdes Muda Bhakti mewakili Jateng maju ke lomba tingkat nasional.

Berhasil menjadi juara I di lomba tingkat provinsi bukan tanpa alasan. Perpusdes ini memiliki lima program unggulan, seperti Suluh Pustaka (Suka) Lingkungan,  Suka Baca, Suka Siaga Bencana, Suka Jam Belajar Masyarakat, dan Suka PKK. Setiap program unggulan ini memiliki sasaran sendiri – sendiri.

“Suka siaga bencana, memberikan pemahaman tentang kebencanaan di sekitar desa. Untuk Suka PKK sasarannya adalah kegiatan para perempuan, mulai bertani atau membuat suatu kerajinan,” kata Kades Ngablak Ahmad Farihin.

Baca Juga :  Perpustakaan Muda Bhakti di Lereng Merapi Raih Juara II Nasional

Ia menjelaskan, eksistensi perpusdes sudah ada sejak sekitar tahun 2000 silam. Kala itu, terdapat seorang guru yang memiliki koleksi buku – buku dan dimanfaatkan untuk para pemuda Desa Ngablak, yang tergabung di Karang Taruna. Jumlah koleksi yang awalnya tidak begitu banyak ini ditaruh di ruang kecil perpustakaan yang lama.

Seiring berjalannya waktu, minat baca para pemuda terus meningkat. Mereka menyambangi ruang perpustakaan yang strategis dan membaca secara gratis. Perpustakaan yang awalnya dibawah sub program Karang Taruna kemudian “diakuisisi” Pemerintah Desa Ngablak secara langsung.

“Setelah dikelola Pemdes, maka lebih mudah memberikan perhatian. Seperti dari penganggaran ataupun program yang lain,” jelas kades.

Terbukti, melalui perhatian yang diberikan, Perpusdes Muda Bhakti mampu menjuarai lomba perpustakaan tingkat Kabupaten Magelang, pada 2004. Tahun berikutnya masih juga mengikuti lomba serupa, namun harus puas mendapatkan juara harapan II. Pengembangan perpustakaan pun terus dilakukan.

Namun demikian, rencana pengembangan terpaksa tidak sesuai harapan, karena terjadi bencana alam. Merapi meletus pada 2006 dan berdampak ke program – program perpusdes yang  harus terhenti. Aktivitas warga pun menurun drastis. Bencana alam membawa pengaruh besar di sektor pendidikan, pertanian, hingga ekonomi.

Berangsur – angsur, warga Desa Ngablak kembali menghidupkan Perpusdes untuk berkegiatan. Dengan segenap tenaga yang ada, 2007 – 2008 Perpusdes mulai bangkit kembali. Bahkan, setelah tadinya hanya memanfaatkan ruangan “kecil”, bisa dibangun menjadi gedung sendiri. Kini, Perpusdes memiliki dua lantai dan lengkap dengan beberapa fasilitasnya.

Para pemuda dan orang tua pun kembali memanfaatkan gedung perpusdes untuk berkegiatan. Tidak hanya seputar pendidikan, mereka juga membahas seputar pertanian, seperti budidaya tanaman salak dan lainnya.

Baca Juga :  Melalui Kehupaman, FH Unmul Tingkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat

Meski demikian, bencana alam lagi – lagi memaksa program perpusdes sedikit terganggu. Merapi kembali erupsi pada 2010 silam. Tatanan sosial masyarakat pun kembali berubah. Pemuda yang tadinya mengurusi perpusdes, harus sibuk mengurusi soal evakuasi. Begitu juga kalangan orang tua dan Pemerintah Desa.

“Baru tahun 2014, kehidupan warga sudah normal lagi. Muncul kembali embrio pengembangan perpusdes,” urai kades yang juga Penanggung Jawab Perpusdes Muda Bhakti ini.

Hampir satu tahun setelah proses kebangkitan, Pemdes Ngablak memberikan perhatian yang lebih. Yaitu dengan memberikan kekuatan hukum kepada perpusdes agar pengembangan bisa lebih maksimal.

“Melalui kekuatan hukum berupa Surat Keputusan, maka perhatian dari desa lebih maksimal,” jelasnya.

Penganggaran program di perpusdes bisa lebih menjadi prioritas. Bahkan, kini perpusdes sudah memiliki berbagai fasilitas seperti komputer, audio visual, gedung, dan ribuan buku bacaan.

“Kini, perpusdes Muda Bhakti dikunjungi masyarakat dari berbagai kalangan. Mulai anak – anak, pemuda, orang tua hingga lansia. Program – program yang ada masih terua berjalan,” ungkapnya.

Apa Tanggapan Anda ?