Siedoo.com -
Tokoh

Suminto, Ingin Majukan Pendidikan Anak Gunung

Siedoo, KESAN saat pertama bertemu Suminto, tentu biasa saja. Tindak tanduk dan logat bicaranya menunjukkan aksen “anak gunung”. Namun, setelah ngobrol dengan bujangan kelahiran Magelang Desember 1988 ini, baru terasa ada hal yang menarik. Dia ternyata memiliki kepedulian di bidang pendidikan dan seni tradisional.

Anak sulung dari 3 bersaudara ini masih sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) di SD Negeri Sutopati 5, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Sebuah SD di Lereng Gunung Sumbing, di mana Suminto dilahirkan dan tinggal hingga kini.

Setelah lulus SD tahun 2001 dia melanjutkan ke SMP. Di mana saat itu di kampungnya, anak lulusan SD yang melanjutkan ke SMP masih bisa dihitung dengan jari. Semangat belajarnya membuahkan hasil, Suminto lulus tahun 2004 dengan nilai memuaskan.

Usai SMP, pecinta seni ini tidak melanjutkan jenjang lebih tinggi. Sebagai anak lelaki satu-satunya di keluarga, dia membantu sang ayah di ladang. Kecintaan terhadap dunia pendidikan mendorongnya berwiyata bhakti di SD tempat dulu dia menimba ilmu. Suminto diterima sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan bertugas menjadi penjaga SD.

Usai melaksanakan kewajiban tugas harian penjaga sekolah, Suminto menggunakan waktu untuk membaca koran atau buku-buku perpustakaan. Sangat dekat dengan para guru membuatnya banyak mendapat ilmu. Sampai dia “dipaksa” para guru untuk melanjutkan sekolah.

Tahun 2011 Suminto ikut program kesetaraan Paket C di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Magelang di Salaman dan tetap aktif sebagai penjaga sekolah. Kegigihan menuntut ilmu menjadi motivasi luar biasa. Sehingga, tak menyerah belajar meski harus menempuh jarak puluhan kilometer dari rumah hingga SKB setiap ada jadwal belajar. Akhirnya, tahun 2014 Suminto lulus dari sanggar dengan membawa ijazah setara SMA/SMK.

Baca Juga :  Meskipun Zaman dan Teknologi Terus Berubah, Peran Guru tak Tergantikan

Suminto selalu ingat nasihat gurunya untuk menjadi orang hebat melebihi guru dan orang tuanya. Ditambah dorongan dari para guru SD-nya yang nota bene menjadi teman sejawatnya akhirnya tahun 2015 Suminto mendaftar di Universitas Terbuka UPBJJ Yogyakarta jurusan PGSD.

Orang yang lahir dan tinggal di lereng gunung bukan berarti tidak perlu sekolah. Meski orang tuanya petani tidak harus pula menjadi petani. Boleh menjadi dokter, insinyur, pilot, tantara, polisi, menteri atau presiden. Bila akhirnya menjadi petani, jadilah petani yang berilmu dan cerdas.

Sehingga, mampu mengolah sawah ladang dengan baik. Itulah nasihat guru SD-nya yang selalu diingat Suminto. Yang mendorongnya menjadi manusia berguna dengan mengabdi di dunia pendidikan. Turut mencerdaskan anak-anak gunung agar sejajar dengan anak-anak kota dan anak di seluruh Indonesia.

Kini Suminto masih menyelesaikan pendidikan sarjananya dam tetap berwiyata bhakti. Namun, kini tidak lagi menjadi penjaga di SD Negeri Sutopati 5, tetapi sebagai guru kelas. Meski masih wiyata bhakti dia telah turut ambil bagian memajukan pendidikan anak-anak gunung.

Dia ingin pendidikan di desanya lebih maju dan tidak ketinggalan dengan daerah lain.

*Narwan, S.Pd

Guru SD negeri Jogomulyo Kecamatan Tempuran

Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

Apa Tanggapan Anda ?