Siedoo.com -
Opini

Alasan Masuk Akal, Guru Harus Studi Banding

SiedooGURU di Indonesia perlu membuka wawasan yang lebih luas. Disamping itu standar seorang guru yang masih nasional bisa dinaikkan ke standar internasional. Termasuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses mengajar di luar negeri.

Hal tersebut setidaknya menjadi alasan agar guru di Indonesia melakukan studi banding ke luar negeri. Pernyataan itu setidaknya kesimpulan dari tim survei Bantu Guru Melihat Dunia (BGMD) dari Komisi Pendidikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia tentang perlunya atau tidaknya guru studi banding ke luar negeri.

Sebagaimana diberitakan Jawa Pos, Ketua Komisi Pendidikan PPI Dunia Fadlan Muzakki mengatakan, hasil survei menunjukkan 90 persen responden mengatakan perlu dilakukan studi banding ke luar negeri.

Survei tersebut dilakukan dari tanggal 25 hingga 26 Desember 2017. Ada 220 responden dengan mayoritas perempuan (52,3 persen). Mereka tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan di luar negeri.

Di Indonesia, masih sangat banyak guru honorer. Biasanya mereka baru saja selesai studi S1 FKIP. Kemudian menjadi guru yang dimana metode mengajarnya pasti mirip dengan guru-guru sebelumnya.

Dengan melakukan studi banding keluar negeri, metode belajar-mengajar yang selama ini dipakai di Indonesia dapat terupgrade dan tentunya akan menghasilkan peningkatan kualitas pendidikan.

Selain itu, dengan studi banding akan merasakan first hand experience alias pengalaman langsung juga tidak kalah penting. Ini juga akan membuka potensi networking antara guru, melampaui batasan ruang dan waktu, juga negara.

Studi banding juga menambah jejaring serta engagement para pengajar dengan dunia pendidikan internasional. Sehingga, diharapkan akan lahir metode-metode mengajar atau mendidik yang kian efektif dan efisien bagi setiap insan pembelajar di tanah air.

Alasan terakhir, karena Indonesia belum punya cukup ahli yang memiliki pengetahuan yang mumpuni untuk mengambil keputusan dan menjalankan tugas negara. Kalaupun selama ini studi banding dirasa kurang efektif, yang salah bukan studi bandingnya.

Baca Juga :  Pentingnya Muatan Lokal Dalam Pendidikan Karakter Kontekstual

Melainkan kemampuan belajar orang-orangnya, tempat studi bandingnya, ketidaksesuaian topik studi dengan keadaan di lapangan, dan hal-hal non-teknis lainnya.

Apa Tanggapan Anda ?