Siedoo, UJIAN merupakan proses akhir mengukur ketercapaian hasil belajar. Menjelang ujian, siswa mempersiapkan fisik dan mental mereka agar lancar dan sukses mengikuti dan melaksanakan ujian.
Kesiapan menghadapi ujian juga dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan intens sekolah melakukan try out (latihan-latihan ujian) guna mengukur kesiapan siswa menjelang ujian. Ditambah dengan tambahan jam belajar di sekolah. Baik jam ke-0 atau usai jam sekolah.
Demikian pula lembaga bimbingan belajar swasta kembali marak melaksanakan uji coba persiapan ujian di semua jenjang pendidikan. Tentu hal tersebut adalah suatu upaya untuk meningkatkan hasil ujian bagi siswanya.
Lalu bagaimana dengan orang tua di rumah? Haruskah mereka berdiam diri begitu saja, dan memberikan kewenangan sepenuhnya pada lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah? Tentu tidak bijak apabila bersikap demikian.
Orang tua di rumah memiliki peran dalam mendampingi anak belajar di luar sekolah. Sudah barang tentu, pendampingan yang dilakukan oleh orang tua tentunya tidak sama dengan guru melakukan pembelajaran di kelas. Mengingat latar belakang pendidikan orang tua yang berbeda, serta tidak semua dari kalangan pendidik.
Meski bukan sebagai pendidik, bukan menjadi suatu alasan dari para orang tua untuk tidak ikut ambil bagian dalam mendampingi anak belajar di rumah. Orangtua harus pandai membagi waktu demi anak menjelang ujian. Kebiasaan yang dilakukan orang tua ketika anak belajar, seperti menonton televisi atau kesibukan lain harus sementara dirubah dengan lebih banyak perhatian sang anak.
Orang tua juga perlu memahami gaya belajar anaknya. Karena setiap anak memiliki gaya belajar yang sangat berbeda, satu sama lainnya. Ada anak yang senang belajar di sekolah, karena menurutnya guru di sekolah begitu pandai dalam mengajar. Sehingga, apa yang disampaikan guru bisa dimengerti anak.
Tidak sedikit anak yang suka belajar dengan cara membaca materi pada buku pelajaran. Anak dengan tipe ini akan lebih suka mengurung dirinya untuk belajar di kamar.
Ada pula anak yang tidak ambil pusing menjelang ujian. Anak dengan tipe ini sangat cuek dengan apapun hasil ujiannya. Mau hasil ujian jelek apa lagi bagus, mereka tetap cuek. Yang terpenting bagi mereka adalah satu beban sudah teratasi, setelah ujian.
Orang tua tentu menginginkan hasil yang baik dari ujian anaknya. Tidak bisa dipungkiri, orang tua masih menilai keberhasilan hanya dari tingkat nilai yang tinggi dalam prestasi akademik. Orang tua pun melakukan berbagai cara untuk mengupayakan hasil ujian anak lebih baik. Tentu cara yang dilakukan sangat beragam, namun seluruhnya memiliki kesamaan. Yaitu, melakukan dengan cara yang jujur.
Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk mendampingi anak menjelang ujian. Orang tua jangan sampai memiliki ambisi agar anaknya sukses dalam ujian. Namun, dalam kesehariannya sebelum ujian, masih ada orang tua yang tidak peduli akan kegiatan yang dihadapi anaknya, yaitu ujian akhir.
Tentu bila orang tua ingin anaknya sukses menghadapi ujian, maka jangan digenjot anaknya untuk belajar hanya pada waktu-waktu menjelang ujian. Mendampingi anak jauh hari sebelum ujian, dalam hal ini mendampingi anak setiap waktu, ketika mereka sedang belajar, akan lebih bijak dan hasil lebih baik.
Memang tidak semua orang tua memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari anaknya. Dengan kondisi tersebut, pendampingan yang dilakukan orang tua di rumah tidak sama dengan sikap guru di waktu proses pembelajaran berlangsung. Tetapi, dengan mengetahui materi pelajaran yang dipelajari anak. Sehingga, ketika anak menemukan hambatan, maka orang tua pun bisa membantu menjelaskan saat pendampingan di rumah.
Jangan terlampau bangga melihat anak membaca buku sambil komat-kamit, anak mengunci pintu untuk belajar persiapan ujian dan lain sebagainya. Bukan berarti pula bila anak membawa buku kesana kemari adalah anak yang rajin belajar. Bisa juga hanya sekedar mencari sensasi agar dikira belajar namun sebenarnya dia malas disuruh-suruh belajar.
Orang tua dapat mendampingi anak menghadapi ujian dengan memberikan waktu yang sempurna bagi anak. Artinya, ketika anak sedang belajar, maka orang tua dan keluarga yang lainnya tidak menyalakan televisi. Melainkan seluruh keluarga lainnya ikut dengan melakukan kegiatan membaca buku.
Sebagai orang tua, harus menyadari kalau setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan. Sama dengan kita sebagai orang dewasa. Mulailah memberikan nasihat mengingatkan anak akan pentingnya belajar. Ingatkan anak dengan kalimat yang lembut dan tidak membentak.
Orang tua memang sudah selayaknya mendampingi anak di dalam mempersiapkan dirinya menghadapi ujian. Memberikan semangat saat belajar, misalnya dengan menyiapkan makanan ringan sebagai teman belajar, akan memberikan suasana yang berbeda bagi anak.
Mereka akan lebih merasa dihargai. Dengan demikian tumbuhlah semangat belajar mereka.
*Narwan, S.Pd
Guru SD Negeri Jogomulyo
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah.