JAKARTA – Untuk kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) bisa ditempuh dengan berbagai langkah. Yang cukup familiar terdengar di telinga kita adalah Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Disamping itu juga ada jalur Bidikmisi (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi).
Yang paling digandrungi dari tiga jalur tersebut adalah SBMPTN. Karena itu dianggap bergensi bagi calon mahasiswa.
“Sebagian berpendapat kalau SBMPTN lebih mempertaruhkan kemampuan dan bergengsi bagi siswa untuk seleksi masuk PTN,” ujar Direktur Kemahasiswaan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristekdikti Didin Wahidin sebagaimana ditulis Antara.
Melalui SBMPTN, untuk masuk PTN siswa akan menjalani serangkaian tes. Untuk SNMPTN cukup menyodorkan nilai rapor. Sedangkan untuk Bidikmisi dikhususnya bagi mahasiswa kurang mampu yang berprestasi.
“Seleksi melalui jalur rapor atau SNMPTN memang kurang menarik buat siswa,” katanya.
Dijelaskan, selain mempertaruhkan kemampuan, SBMPTN juga mempunyai tingkat prediksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan SNMPTN.
“Siswa juga tahu potensi dirinya, sehingga banyak yang mengambil pendidikan yang lebih menjanjikan ke depan. Sehingga, tidak mendaftar SNMPTN,” katanya.
Peserta Bidikmisi Naik
Jumlah siswa yang layak mendaftar pada SNMPTN 2018 sebanyak 1.033.320 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang melakukan pendaftaran hanya 590.830 siswa dan yang melakukan finalisasi sebanyak 586.154 siswa. Sedangkan untuk siswa Bidikmisi sebanyak 144.781 siswa atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yakni 131.650 siswa.
Ketua Panitia SNMPTN Prof Ravik Karsidi mengatakan, pada tahun lalu, jumlah siswa yang mendaftar juga tak jauh berbeda.
“Mungkin mereka (siswa yang tidak mendaftar SNMPTN) merasa tidak mampu bersaing. Pada tahun lalu, juga jumlahnya seperti itu,” kata Ravik.