Siedoo, RASANYA tak pantas bila perjuangan Komunitas Kertas Kosong dilihat sebelah mata. Dua bola mata mesti secara penuh menatapnya, mengakui perjuangannya, yang konsen dalam memecahkan persoalan pendidikan di akar rumput.
Gerombolan jiwa-jiwa muda di dalamnya, tulus dalam membantu anak-anak yang gigih untuk terus menimba ilmu pengetahuan. Khususnya untuk mereka yang terbelakang secara ekonomi.
Anggotanya rela patungan dana, memanfaatkan jaringan pertemanan, sampai membantu bimbingan belajar (bimbel) sebelum masuk ke jenjang pendidikan ke lebih tinggi. Misalnya ke perguruan tinggi atau universitas.
“Setiap tahunnya, setidaknya ada 20 anak didampingi memasuki perguruan tinggi,” kata salah satu anggota komunitas, Santi, sebagaimana ditulis Jawa Pos.
Jaringan anggotanya ada di Yogyakarta, Semarang, Malang, Solo, dan Surabaya. Komunitas ini juga membantu menjaring informasi beasiswa bidikmisi di berbagai universitas.
Kertas Kosong berharap, jangan sampai ada anak putus sekolah di Negara Indonesia. Atau, kesulitan untuk meraih cita – cita. Asalkan ada kemauan, pasti akan ada jalan.
Belakangan ini yang digarap Kertas Kosong adalah Ainul, salah satu siswi SMA di Lamongan, Jawa Timur.
Ainul memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan kuliah. Ibunya, Ida, tidak mendukungnya. Karena, sebagai pedagang sayur merasa tidak mampu untuk membiayai Ainul kuliah.
Meminta bantuan orang lain juga tidak mungkin. Suaminya juga telah meninggal saat Ainul duduk di bangku SD.
Tetapi berkat kehadiran Kertas Kosong, sungguh membawa angin segar bagi Ainul.
Langkah yang dilakukan komunitas tersebut, anggotanya berbagi tugas agar ia bisa masuk perguruan tinggi favorit tanpa biaya.
Berbekal jaringan anggota di kota-kota besar, informasi tentang keinginan Ainul untuk kuliah cepat menyebar.
Ada yang membagikan cerita tersebut kepada komunitas lain di luar kota untuk menjaring informasi beasiswa bidikmisi di universitas.
Ada yang menyiapkan strategi bimbel untuk Ainul mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri (SMPTN). Beruntungnya, Ainul bisa masuk seleksi SMPTN di Universitas Airlangga dan mendapatkan bidikmisi.
Bahkan, dia akhirnya banyak meraih prestasi di fakultas Sastra dan Bahasa Indonesia.
Selama ini, berbagai expo kampus, seminar, bimbel yang diselenggerakannya mengantarkan anak yang didampingi ke perguruan tinggi. Padahal, dananya hanya dari hasil patungan anggota.
“Jadi tidak ada pungutan sedikitpun dari siswa didampingi,” imbuh Santi.