POLA KOMUNIKASI. Rumah Main Cikal menerapkan pendekatan pola komunikasi tanpa kata jangan dalam interaksi yang dibangun. (foto: rumahcikal)
Siedoo.com - POLA KOMUNIKASI. Rumah Main Cikal menerapkan pendekatan pola komunikasi tanpa kata jangan dalam interaksi yang dibangun. (foto: rumahcikal)
Opini

Orang Tua, Ketahui Pentingnya Bangun Pola Komunikasi Kepada Anak Tanpa Kata “Jangan”

Siedoo, Pola pengasuhan anak usia dini di masa kini seiring waktu menghadirkan pola yang lebih bermakna dan lebih berorientasi pada kenyamanan dan kesehatan mental anak.

Pendidik Prasekolah Rumah Main Cikal Surabaya, Kanaya Bella Safitri atau yang akrab disapa Tante Kanaya menyampaikan, dengan dukungan media sosial, orang tua muda, kini dapat semakin mudah dalam memahami hal-hal esensial dalam praktik pola pengasuhan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya ketika membahas mengenai penerapan pengasuhan anak dalam berkomunikasi tanpa menggunakan kata “jangan”. Seperti apa detailnya mengenai ini? Simak penjelasannya di bawah ini:

Pentingnya Komunikasi Tanpa Kata “Jangan”, Ajarkan Anak Memahami Situasi dan Kondisi

Kanaya menyampaikan membentuk pola penyampaian komunikasi tanpa kata “jangan” dapat mendorong anak untuk lebih berani mengelaborasi pertanyaan dan memahami alasan boleh atau tidaknya suatu hal ia lakukan dengan situasi dan kondisi yang ada saat itu.

Studi psikologi menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya berbicara kepada mereka dan menjelaskan hal-hal yang terjadi di situasi sehari-hari, akan menjadikan mereka kaya akan kosa kata dan lebih mudah memahami dan menerima pembicaraan orang tua.

Apabila orang tua selalu membangun komunikasi dengan anak dengan kata jangan yang selalu berulang, anak pun akan merasa terbatas pergerakannya, bahkan merasa kesulitan dalam menjelaskan suatu keadaan di masa mendatang.

Jika kita hanya berkata “tidak”, “jangan”, atau “gak” terus-menerus, ini juga berpengaruh terhadap perkembangan kosakata yang mereka miliki dan mereka di masa yang akan datang juga cenderung akan kesulitan dalam menjelaskan situasi dan mengelaborasi sebuah hal kepada orang-orang disekitarnya.

Pola komunikasi tanpa kata jangan ini mendukung pengembangan anak usia dini berpikir kritis.

Baca Juga :  Apotek Hidup, Memupuk Persahabatan Siswa dengan Alam

Dalam kondisi dan alasan tersebut, tentu menjadi sebuah hal yang tepat untuk menerapkan pola komunikasi tanpa kata “jangan”, Kanaya mengingatkan pada orang tua untuk memperhatikan pola komunikasinya kepada anak.

Mengacu pada hal tersebut, kita tentu sebagai orang tua tidak dapat meremehkan pola komunikasi yang kita bentuk kepada anak, kita harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan secara perlahan, jelas, dan mudah dimengerti sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak masing-masing.

Manfaat Terapkan Pola Komunikasi Tanpa Kata “Jangan”

Sebagai pendidik yang memahami pendidikan anak usia dini di jenjang Prasekolah, Kanaya menyebutkan manfaat terbesar yang dapat tumbuh dalam diri anak usia dini apabila orang tua menerapkan pola komunikasi tanpa kata “jangan” adalah menumbuhkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini.

Anak-anak sejatinya dapat berpikir dengan baik, namun yang memberikan intruksi dan larangan pun juga harus dapat memberikan komunikasi yang jelas dan baik kepada anak agar mudah dimengerti dan diterima oleh anak.

Pola komunikasi tanpa kata “jangan” ini, membantu perkembangan anak dalam berpikir kritis dalam kegiatan sehari-hari. Anak tidak hanya menerima perintah ataupun larangan namun ia juga mendapat alasan yang jelas mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut.

Penting untuk diperhatikan bahwa apabila orang  tua  melarang  anak  secara  berulang dengan kata “jangan”, atau “tidak” anak seiring waktu akan merasa bingung, bahkan frustasi dalam melakukan hal yang ingin dilakukan setelahnya  apabila dilarang terus menerus?

Saat kita melarang anak untuk tidak membiarkan mainannya berserakan, apabila kita hanya memarahi anak dan berkata “jangan berantakan begitu!” atau “jangan bermain disini!”, anak cenderung sulit menerima pola komunikasi demikian dan bingung karena perintah yang tidak jelas, “apakah saya tidak boleh bermain?

Baca Juga :  Orang Tua Harus Bijak Memilih Mainan Anak

Menurut Kanaya, apabila orang tua mulai mengubah pola komunikasinya dengan lebih positif meskipun mengandung larangan, anak pun akan memahami alasan hingga aksi yang harus dilakukan olehnya.

Namun, apabila kita dapat mengganti kata “jangan” secara positif, anak pun akan semakin memahami apa yang harus dilakukan kemudian. “Adik, kamu boleh

bermain tapi tolong dirapikan ya karena ibu mau menyapu nanti mainan kamu tersapu dan hilang.” Anak akan cenderung lebih mendengarkan dan melakukan larangan tanpa kata “jangan” dan nada yang negatif.

Selamat mencoba menerapkan pola komunikasi tanpa kata “jangan” ya! (*)

Penulis

*) Tim Digital Cikal

Apa Tanggapan Anda ?