DIPIMPIN. Haul Syekh Subakir dipimpin Wakil Wali (Wawali) Kota Magelang M. Mansyur. (foto: istimewa)
Siedoo.com - DIPIMPIN. Haul Syekh Subakir dipimpin Wakil Wali (Wawali) Kota Magelang M. Mansyur. (foto: istimewa)
Daerah

Haul Syekh Subakir, Wawali Kota Magelang: Kita Punya Semangat untuk Meneruskan Perjuangannya

MAGELANG, siedoo.com – Pemkot Magelang menggelar Haul Syekh Subakir di Kebun Raya Gunung Tidar, Jumat (2/9/2022). Kegiatan diisi dengan doa bersama dan khataman Al Qur’an bersama-sama di area makam yang berada di atas Kebun Raya Gunung Tidar.

Haul dipimpin Wakil Wali (Wawali) Kota Magelang M. Mansyur dan diikuti segenap jajarannya. Hadir pula sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat dan para santri.

Wakil Wali menjelaskan, tujuan dilakukannya kegiatan Haul Syekh Subakir ini untuk mengenang dan mendoakan jasa Syekh Subakir, serta melanjutkan perjuangannya demi Kota Magelang yang sejahtera.

“Sebenarnya prinsipnya dengan Haul ini untuk mengenang jasa beliau dan mendoakan almarhum Syekh Subakir yang sudah berjuang di Magelang ini. Kita pun punya semangat untuk meneruskan perjuangannya untuk Kota Magelang ini,” terangnya.

Mansyur berharap, Gunung Tidar dapat menjadi destinasi wisata yang lebih maju untuk masyarakat Magelang maupun luar Magelang, baik untuk wisata religi maupun wisata budaya.

“Harapannya ke depannya supaya masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya untuk mau berkunjung di Kota Magelang dengan wisata. Monggo mau wisata budaya, religi, yang penting bisa mengunjungi gunung Tidar dengan volume wisatawan yang banyak,” ungkap Mansyur.

Kepala UPT Kebun Raya Gunung Tidar, Yhan Noercahyo Wibowo mengatakan, kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahunnya sejak tahun 2018 pada bulan Safar. Tepatnya di pekan pertama dan hari Jumat.

“Haul dihadiri sekitar 150 orang, tidak hanya pejabat dan tokoh agama saja, tapi juga masyarakat sekitar Kelurahan Magersari. Acara memang masih sederhana, tapi tetap khidmat,” ujarnya.

Mengutip dari sindonews.com, Syekh Subakir adalah salah seorang ulama asal Persia (Iran saat ini) yang dikirim Khalifah Turki Utsmaniyah, Sultan Muhammad I untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara atau tanah Jawa.

Baca Juga :  Pemkot Magelang Buka Lowongan Calon Direksi Perumda Prima Oto, Ini Syarat Lengkapnya

Syekh Subakir konon adalah seorang ulama besar yang juga menjadi anggota Wali Songo periode pertama. Konon dengan kesaktiannya dan tombak pusaka Kiai Panjang telah menumbal tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus saat awal penyebaran ajaran Islam di nusantara.

Syekh Subakir diutus ke tanah Jawa secara khusus untuk menangani masalah-masalah gaib dan spiritual yang dinilai telah menjadi penghalang diterimanya Islam oleh masyarakat Jawa ketika itu. Karena Syekh Subakir ini ahli dalam merukyah, ekologi, meteorologi dan geofisika.

Berdasarkan Babad Tanah Jawa, setelah sampai ke nusantara, Syekh Subakir yang menguasai ilmu gaib dan dapat menerawang makhluk halus mengetahui penyebab utama kegagalan para ulama pendahulu dalam menyebarkan ajaran Islam karena dihalangi para jin dan dedemit penunggu tanah Jawa.

Lalu tombak pusaka Kiai Panjang tersebut ditancapkan tepat di Puncak Tidar sebagai penolak bala. Konon tombak sakti itu menciptakan hawa panas yang bukan main bagi para lelembut dan bangsa jin yang berdiam di Gunung Tidar.

Lelembut, setan, siluman lari menyelamatkan diri. Jin, peri, banaspati, semuanya tak kuat menahan panasnya pancaran kekuatan hawa panas yang dikeluarkan tombak tersebut.

Sebagian jin yang lain ada yang mati akibat hawa panas dari tumbal yang dipasang Syekh Subakir tersebut. Konon Sabda Palon, raja bangsa jin yang telah 9.000 tahun bersemayam di Puncak Gunung Tidar terusik dan keluar mencari penyebab timbulnya hawa panas bagi bangsa jin dan lelembut.

Sabda Palon lalu berhadapan dengan Syekh Subakir. Sabda Palon lalu menanyakan maksud pemasangan tombak tersebut.

Sang ulama menyatakan, maksud dia, menancapkan tombak itu untuk mengusir bangsa jin dan lelembut yang mengganggu upaya penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa oleh para ulama utusan Sultan Sultan Muhammad I.

Baca Juga :  STAINU Meningkat Jadi INISNU, Target Pengembangan Pendidikan Berciri Khas NU

Setelah terjadi perdebatan mereka lalu mengadu kesaktian. Konon pertempuran antara keduanya terjadi selama 40 hari 40 malam, hingga Sabda Palon yang juga dikenal sebagai Ki Semar Badranaya sang Danyang tanah Jawa ini merasa kewalahan dan menawarkan perundingan.

Sabda Palon mensyaratkan beberapa point dalam upaya penyebaran Islam di tanah Jawa. Isi kesepakatan antara lain, Sabda Palon memberi kesempatan kepada Syekh Subakir beserta para ulama untuk menyebarkan Islam di Tanah Jawa, tetapi tidak boleh dengan cara memaksa.

Kemudian Sabda Palon juga memberi kesempatan kepada orang Islam untuk berkuasa di tanah Jawa—Raja-raja Islam—namun dengan catatan. Para Raja Islam itu silahkan berkuasa, namun jangan sampai meninggalkan adat istiadat dan budaya yang ada.

Silahkan kembangkan ajaran Islam sesuai dengan kitab yang diakuinya, tetapi biarlah adat dan budaya berkembang sedemikian rupa. Syarat-syarat itu pun akhirnya disetujui Syekh Subakir.

Selain di Puncak Gunung Tidar, Syekh Subakir juga membersihkan beberapa tempat angker di tanah Jawa yang dikuasai para raja jin dan makhluk halus lainnya.

Tombak itu sekarang masih dijaga oleh masyarakat dan ditempatkan di Puncak Gunung Tidar dengan nama Makam Tombak Kiai Panjang. Dengan adanya tombak sakti itu, maka amanlah Gunung Tidar dari kekuasaan para jin dan makhluk halus. Artikel lengkap tentang Syehk Subakir bisa klik sini. (pemkotmgl/kotamagelang/siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?