Siedoo, Salah satu tantangan yang dihadapi institusi pendidikan adalah memastikan para tenaga pendidik memiliki kesehatan mental yang baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa pandemi covid-19, banyak tenaga pendidik memiliki tingkat stres tinggi yang disebabkan perubahan cara kerja.
Keadaan ini telah membuat mereka menghadapi beragam ketidakpastian dalam bekerja yang akhirnya memicu masalah pada kesehatan mental.
Fenomena ini yang disoroti dan menjadi fokus paparan dari orasi ilmiah Ketua Program Studi (Kaprodi) Magister Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pelita Harapan (UPH), Prof. Dr. Niko Sudibjo, S. Psi., M. A., Psikolog.
Hal itu disampaikan saat dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan pada 18 Agustus 2022, berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertanggal 1 April 2022.
Pada acara pengukuhan, Prof. Niko menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Peran Kebahagiaan di Tempat Kerja dan Persepsi Dukungan Organisasi dalam Menjaga Kesehatan Mental Pendidik Menghadapi Pandemi COVID-19”.
Melalui paparannya, Prof. Niko menekankan pendidik dengan kesehatan mental yang baik adalah mereka yang memiliki karakteristik seperti kondisi tubuh yang sehat, memiliki kondisi psikis atau mental yang baik untuk mampu menikmati pekerjaan, mampu berelasi dengan rekan kerja dan peserta didik, serta mampu mengatasi tantangan pekerjaan sehari-hari secara baik.
Dalam penelitiannya, ia menemukan dua komponen penting yang memengaruhi kesehatan mental. Yaitu, kebahagiaan di tempat kerja (happiness at work) dan persepsi dukungan organisasi (perceived organizational support).
Penelitian ini mengajukan model untuk memprediksi faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan mental pendidik.
Kebahagiaan di tempat kerja merupakan aspek penilaian subjektif individu mengenai kesejahteraan di tempat ia bekerja. Terdapat beberapa faktor yang mendorong kebahagiaan ketika bekerja. Yaitu, mereka dapat menyampaikan ide dengan bebas baik kepada rekan kerja maupun atasan, memiliki kondisi fisik yang prima untuk bekerja, dan mencapai target kerja yang telah ditetapkan.
Kebahagiaan di tempat kerja yang tinggi secara positif memengaruhi kesehatan individu, termasuk daya tahan yang lebih baik terhadap stres dan kelelahan. Faktor lain yang memengaruhi kesehatan mental pendidik adalah persepsi dukungan organisasi. Ini adalah keyakinan bahwa organisasi tempat seseorang bekerja peduli dengan kesejahteraan karyawan dan menghargai kontribusi mereka.
Persepsi dukungan organisasi adalah teori yang menekankan pentingnya karyawan sebagai sumber daya dan aset berharga yang dimiliki organisasi. Maka, dari itu semakin besar persepsi dukungan organisasi terhadap karyawan organisasi tersebut, akan semakin baik kesehatan mental karyawannya.
Lebih lanjut, ia memaparkan para tenaga pendidik masih mengalami keraguan akan adanya dukungan dari institusi tempat mereka bekerja.
Keraguan dukungan tersebut antara lain, organisasi belum menghargai upaya terbaik mereka dalam bekerja, organisasi belum peduli dengan keluhan mereka, organisasi belum secara optimal memberikan dukungan pada saat mereka sakit di masa pandemi, dan belum adanya support secara memadai dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
Keraguan tersebut yang kemudian dapat berdampak pada kesehatan mental, khususnya di masa pandemi.
Pimpinan sekolah dan universitas harus memberikan dukungan yang cukup dan sesuai kepada para pendidik dalam melaksanakan pekerjaan. Kita tahu, di masa pandemi covid-19, pembelajaran berubah 180 derajat dari onsite menjadi online, dan para pendidik “dipaksa” untuk mampu mengatasi situasi yang baru.
Maka organisasi perlu juga mendukung dengan pengadaan fasilitas dan dukungan untuk pembelajaran jarak jauh, misalnya pelatihan menggunakan teknologi pembelajaran jarak jauh yang fleksibel dan sesuai dengan kemampuan.
Di sinilah perlunya organisasi menerapkan disiplin ilmu teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan telah terbukti memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses pembelajaran, mulai dari memampukan pendidik dalam mendesain pembelajaran, hingga mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran.
Selanjutnya, organisasi juga perlu memberikan penghargaan yang sesuai, terutama yang berhasil melakukan terobosan pembelajaran digital dan kreativitas yang terbentuk.
Prof. Niko berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan pandangan baru tentang pentingnya dua variabel yang harus ada pada organisasi. Yaitu, menjaga kebahagiaan tenaga pendidik dan persepsi dukungan organisasi untuk menjaga kesehatan mental tenaga pendidik.
Hal ini dapat dicapai ketika budaya dan iklim kerja yang positif dapat terbangun, yaitu melalui pengadaan fasilitas, pemberian perhatian, dan evaluasi kerja yang adil.
Meresponi pengukuhan Guru Besar, Rektor UPH, Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng., Sc., menyatakan momentum pengukuhan Guru Besar Prof. Niko menjadi salah satu cara kita merayakan ulang tahun bangsa Indonesia ke-77.
Dalam merayakan kemerdekaan Indonesia, bagian terpenting adalah berpikir bagaimana caranya kita mengisi kemerdekaan dan pendidikan menjadi aspek penting di dalamnya.
Dari orasi ilmiah Prof. Niko, ia menggarisbawahi bahwa ketika kita melayani di dunia pendidikan harus melakukannya dengan kebahagiaan. Di UPH kita berkomitmen untuk bisa menghadirkan pendidikan yang transformatif, holistis, dan berdampak; tentunya dengan semangat dan kebahagiaan.
Hal ini karena kita paham bahwa kita telah diutus Tuhan untuk menjadi dampak dan kita hadir untuk mengisi kemerdekaan melalui pendidikan.
Turut hadir dalam seremoni ini, Executive Director Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) Stephanie Riady, B.A., M.Ed. Ia menyatakan apresiasinya terhadap pencapaian Prof. Niko.
Stephanie berharap Prof. Niko dapat menjadi motivasi, model, dan teladan bagi dosen-dosen di UPH lainnya untuk turut mencapai prestasi terbaik.
Ia juga menambahkan bahwa bertambahnya guru besar di UPH menjadi bukti komitmen UPH untuk terus menghadirkan kualitas pendidikan terbaik.
Menutup seremoni pengukuhan Guru Besar, Dr. Rudy Susilana, M.Si., CIT, Ketua Asosiasi Program Studi Teknologi Pendidikan Indonesia (APS-TPI) hadir untuk menyampaikan kebangaannya.
Pihaknya bangga Prof. Niko telah berhasil menjadi Guru Besar. Kedepannya akan mengundang Prof. Niko dalam kegiatan akademis untuk berbagi kepakarannya pada guru besar maupun dosen lainnya di APS-TPI.
Dengan resminya Prof. Niko sebagai Guru Besar di UPH, membuktikan bahwa UPH selalu melahirkan Guru Besar yang kompeten, peduli pada permasalahan nyata, dan mampu memberikan solusi.
UPH berkomitmen untuk terus mendukung kemajuan ilmu pendidikan dan keguruan di Indonesia dari beragam sudut pandang penelitian. (*)
Penulis
*)Wiky Senjani
Head of Public Relations/Marcomm & Alumni Relations
Universitas Pelita Harapan