KOTA MAGELANG – Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas kini mulai diberlakukan kembali usai ditetapkan PPKM level 3 di Kota Magelang. PTM ini dimulai sejak 3 September lalu dengan ketentuan kapasitas 50 persen dari jumlah keseluruhan siswa di sekolah.
Keputusan PTM terbatas harus mengacu pada beberapa dasar yang ada, seperti instruksi Wali Kota, instruksi Gubernur, dan instruksi Menteri Dalam Negeri tentang kaitannya level PPKM tersebut. Pada instruksi terakhir ditetapkan bahwa wilayah PPKM level 3 dapat melakukan PTM terbatas dengan jumlah siswa hadir 50 persen.
Dalam mengiringi keputusan tersebut, maka sekolah diwajibkan untuk melengkapi segala sarana prasarana dalam mendukung PTM terbatas. Sarana pendukung yang dimaksud seperti wastafel cuci tangan, sabun, tissue, alat pengecek suhu, masker dan satgas covid. Tidak kalah penting sekolah juga harus memiliki ruang isolasi sementara yang dapat digunakan untuk mengisolasi siswa yang terdeteksi memiliki suhu tubuh tinggi.
PTM terbatas dilaksanakan dalam durasi waktu 4×20 menit dengan total 2 jam pelajaran. Pembelajaran ini termasuk sangat singkat, sehingga materi atau nilai-nilai yang diajarkan juga pastinya kurang maksimal. Sehingga, semua akan kembali mengacu pada peran serta keluarga, karena anak akan banyak menghabiskan waktunya di rumah.
Kustomo, S.Pd. M.Pd., Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang menuturkan bahwa PTM merupakan hal yang baik. Pembelajaran paling bagus bagi siswa adalah secara tatap muka, karena dengan begitu dapat dilihat bagaimana karakter anak.
“Mendidik anak tidak semata-mata memberikan ilmu, namun utamanya yaitu mendidik karakter supaya anak memiliki sopan santun yang baik,” tukas Kustomo.
Dalam hal PTM peran serta orang tua menjadi hal yang sangat penting. Mengantar jemput putranya selepas jam sekolah juga perlu menjadi perhatian bagi setiap orang tua. Ini merupakan upaya dalam menjaga anak untuk tidak bermain dan berkerumun sembarangan yang mana akan meningkatkan risiko terpapar virus Covid-19.
Sebagai upaya mendukung berjalannya PTM terbatas, sejumlah 77 SD dan 23 SMP/MTS di Kota Magelang telah menerapkan segala langkah perlindungan sesuai protokol kesehatan. Vaksinasi untuk siswa SMP juga dilaksanakan demi meningkatkan kekebalan tubuh siswa. Tidak hanya siswa, namun semua guru pun telah mendapat vaksin dosis kedua.
Ia mengungkapkan bahwa PTM merupakan jawaban dari keresahan orang tua karena di rumah, orang tua dituntut sebagai guru utama bagi anaknya. Padahal disisi lain orang tua juga disibukkan dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Guru adalah tenaga pendidik bukan pengajar, itu sebabnya disebut pendidikan. Mendidik tidak hanya menstransfer ilmu, namun unsur utama pendidikan adalah membentuk watak dan karakter anak agar memiliki kepribadian yang baik. Terutama sesuai dengan budaya Indonesia,” imbuh Kustomo.
Ia mengatakan bahwa melalui PTM ini diharapkan dapat terbentuk karakter siswa yang lebih baik lagi sesuai dengan norma dan etika yang ada.
“Harapan kami dari PTM, anak-anak bisa saling komunikasi dan berinteraksi dengan teman dan gurunya. Sehingga pendidikan karakter anak-anak dapat lebih ditingkatkan,” ujarnya.
Kepala SMP Negeri 1 Kota Magelang, Nurwiyono Slamet Nugroho turut memberikan pendapatnya berkaitan dengan pelaksanaan PTM di Kota Magelang. Ia berpendapat bahwa ketika adanya jaminan kesehatan, maka pembelajaran dapat dilakukan secara tatap muka kembali.
“PJJ hanya sekadar insidental ketika situasi memang lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan. Dan ketika kesehatan dan keselamatan sudah terjamin, maka memang perlu ada tatap muka,” ujar Nurwiyono.
Diakui bahwa siswa perlu pembimbingan, pendampingan, dan penjelasan. Ketika PJJ daya serap anak masih kurang, sehingga PTM ini merupakan hal yang baik dalam memaksimalkan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif terdiri dari tiga unsur. Yaitu guru, tatap muka, dan penjelasan.
“Jangan sampai terjadi loss learning. Tapi tahapan pembelajaran tetap harus dilalui dengan prokes,” ujar Nurwiyono. (prokompim/kotamgl) (Siedoo)