Siedoo, Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mempunyai ide yang berbeda. Yaitu membuat kerajinan tas jinjing dari kulit sapi asli yang dipadukan dengan kain batik tulis motif Abdi Dalem. Motif ini belum pernah ada sebelumnya hingga sangat eksklusif.
Mereka adalah Adigdya Pangestu prodi pendidikan seni kriya, Azizah Nuzulul Rohmah prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia serta Rinda Lestari prodi pendidikan ekonomi. Adigdya Pangestu menjelaskan, pemberian motif tersebut terinspirasi dari keberadaan abdi dalem yang berperan besar di dalam Keraton sebagai ikon Yogyakarta secara umum.
“Dapat dikatakan bahwa abdi dalem juga merupakan ikon Kota Yogyakarta,” katanya.
Pembuatan kerajinan tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai kerajinan unggul yang dapat dipasarkan kepada masyarakat dan wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta. Sekaligus mengenalkan kain batik sebagai salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Serta mengenalkan abdi dalem kepada masyarakat sekaligus mengapresiasinya.
Memang, sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Yogyakarta mempunyai beberapa ikon menarik yang dapat dikunjungi diantaranya Malioboro dan Keraton. Keraton sebagai ikon Yogyakarta merupakan peninggalan Kerajaan Mataram yang masih dirawat dengan baik. Dapat dikatakan bahwa keraton merupakan jantung kebudayaan Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta masih mempertahankan tradisi-tradisi dengan melaksanakan berbagai upacara adat dan pemeliharaan pusaka-pusaka. Selain itu sebagai daerah tujuan wisata, para turis pasti ingin membawa buah tangan sebagai kenang-kenangan bahwa mereka pernah mengunjungi Yogyakarta.
Salah satu kerajinan khas yang ada di Yogyakarta adalah batik yang telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya asal Indonesia. Corak batik khas Yogyakarta, antara lain Parang Rusak, Kawung, Sidomukti, dan Wahyu Tumurun.
Batik dapat dipadukan dengan bahan lain untuk dijadikan berbagai macam produk. Salah satunya adalah produk kerajinan tas. Berdasarkan riset pasar, produk kerajinan tas yang dipadukan dengan batik hanya menggunakan corak batik yang umum.
Azizah Nuzulul Rohmah menambahkan, tas jinjing ini mempunyai keunggulan antara lain bernilai estetis sekaligus mengangkat kebudayaan Indonesia. Dapat dijadikan sebagai buah tangan ikonik asal Kota Yogyakarta, menggunakan bahan-bahan premium dan harga produk yang ditawarkan lebih terjangkau dibandingkan dengan produk sejenis lainnya.
“Yang utama adalah menggunakan motif baru yang belum ada di pasaran dan murni berasal dari ide dan kreativitas kami,” ungkap Azizah.
Sementara itu, Rinda Lestari menjelaskan bahan yang digunakan dalam pembuatan tas ini adalah kulit sapi asli karena kulit sapi lebih awet dibandingkan jenis kulit lain untuk diaplikasikan pada kerajinan.
“Kain batik tulis dipilih karena kualitas batik tulis lebih unggul dibandingkan batik cap maupun batik printing. Dalam hal warna dan gambar pada pola,” kata Rinda.
Secara lengkap bahan yang diperlukan adalah kulit sapi asli, benang coats nylon, kain batik tulis, kain bisban, kain beludru, sponati tipis, kertas karton, clear kulit, lem kulit dan aksesoris ring D. Sedangkan alat yang dibutuhkan adalah mesin jahit, pensil dan spidol perak, mesin seset, penggaris besi, mesin tatah kulit plong, palu kayu, gunting, kertas duplek, cutter dan plat seng talang lebar.
Cara pembuatannya pertama kali buat pola tas memakai kertas duplex kemudian memotong pola tersebut. Tempelkan pola pada kain batik tulis dan kulit sapi kemudian memotongnya sesuai pola.
Gambar pola pada kain batik tulis. Potong kain beludru sebagai lapisan tas bagian dalam sesuai pola tas dan disatukan pada kain batik tulis dengan kulit sapi.
Jahit potongan-potongan pola menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian pasang resleting dan jinjingan pada tas. Finishing dan pengecekan produk lalu tas jinjing dapat dikemas. Produk tersebut berukuran 32 x 23 x 12 cm dan diberi kombinasi warna antara kulit sapi alami dan warna kain batik tulis.
Untuk mempermudah masyarakat mengenal dan mengingat, maka produk tas ini diberi nama tas Abdarta (Abdi Dalem Yogyakarta). Karya ini berhasil meraih dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan tahun 2021. (*)