LAMPUNG – Dosen perlu meningkatkan pendidikan di level tertinggi yaitu doktor (S3) dengan mempersiapkan dan strategi khusus. Mulai dari memilih universitas, pembimbing, dan arah penelitian disertasi.
Selain itu, dosen juga perlu membangun kapasitas diri setelah lulus program Doktor (S3) dengan hibah penelitian, networking (dalam maupun luar negeri), publikasi hingga menganggarkan untuk peningkatan kapasitas diri melalui pelatihan. Hal penting lainnya juga peduli akan diri sendiri untuk mengurus administrasi kenaikan pangkat.
“Pengembangan riset dan kemampuan penulisan karya ilmiah juga perlu ditingkatkan. Karena kemampuan tersebut bukanlah bakat yang turun secara langsung, melainkan dengan kebiasaan melatih diri,” kata salah satu dosen berprestasi nasional tahun 2019, yang juga peraih gelar Guru Besar Muda IPB diusia 37 tahun, Prof. Dr.Sc. ETH Anuraga Jayanegara, S.Pt., PgDipl. MSc.
Ia menyampaikan itu saat webinar “Tips dan trik menulis agar tembus ke jurnal internasional: strategi percepatan karir dosen”. Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 250 peserta dari kalangan dosen, peneliti, dan mahasiswa pascasarjana berbagai lembaga dan universitas di Indonesia.
Jurusan Sains Institut Teknologi Sumatera (ITERA) melalui Program Studi Rekayasa Kosmetik, berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjamin Mutu Pendidikan ITERA, dan Dompet Dhuafa mengadakan webinar itu. Prof. Anuraga berkesempatan membawakan materi tentang Membangun Portofolio Dosen Menuju Guru Besar.
Prof. Anuraga menyampaikan perlunya keseimbangan antara karir dengan keluarga, karena keduanya saling berhubungan dan timbal balik. Selain itu, keseimbangan dalam akal, fikiran dan mentalitas juga diperlukan untuk tetap berada pada rel yang berlaku.
“Mengelola waktu dengan baik. Serta memudahkan urusan orang lain, tidak dzalim dan berlaku adil maka InsyaaAllah akan dimudahkan urusan kita oleh Allah,” bebernya.
Ketua pelaksana webinar, yang juga dosen Program Studi Rekayasa Kosmetik ITERA Achmad Gus Fahmi, S.Si., M.Si, menyebut latar belakang kegiatan teresebut adalah selaras dengan misi besar ITERA. Yaitu, sebagai kampus baru dengan kurang lebih 500 dosen muda potensial. ITERA mencanangkan program Guru Besar Under 45 tahun (GBU 45) sebagai bentuk percepatan karir dosen.
Sementara Ketua LP3 ITERA Acep Purqon S.Si., M.Si., Ph.D. dalam pengantarnya menyampaikan bahwa berbagi pengalaman sangat diperlukan untuk meningkatkan semangat dan motivasi dosen muda ITERA. Para dosen juga dapat mencontoh atau bahkan melampaui prestasi Prof Anuraga yang menjadi dosen terbaik nasional.
“Kalau sekarang rata-rata umur dosen ITERA adalah 24 tahun, maka harusnya di usia 34 tahun sudah bisa menjadi guru besar,” ujar Acep.
Acara ini di selenggarakan tanpa biaya pendaftaran, akan tetapi selama kegiatan webinar tersebut turut dilaksanakan penggalangan dana melalui tim Dompet Dhuafa yang diwakilkan oleh Yudha Andilla sebagai Manager Retail Fundraising. Hasil donasi tersebut sepenuhnya disalurkan melalui program kebaikan sedekah daging dompet dhuafa kepada yang membutuhkan di pelosok negeri.
“Terimakasih kami ucapkan kepada rekan-rekan, peserta serta dosen-dosen yang hadir dalam kegiatan yang insyaAllah bermanfaat dan barokah,” urainya.
Selain menimba ilmu di kegiatan ini tapi juga berikhtiar membantu saudara-saudara yang membutuhkan di luar sana. Yang mana pada setiap harinya tidak pernah merasakan lezatnya daging, insyaAllah dengan adanya kegiatan dan galang donasi untuk sedekah daging ini dapat membantu saudara-saudara di pelosok merasakan lezatnya memakan daging.
“Dan semoga kegiatan ini menjadi wasilah bagi kita semua dan dapat memberikan kebahagiaan bagi yang membutuhkan,“ ucap Yudha Andilla.
Dalam webinar ini dimoderatori langsung dosen Riset dan Inovasi ITERA, Dr. Winati Nurhayu, M.Si. Ketua pelaksana webinar Achmad Gus Fahmi, S.Si., M.Si, berterimakasih kepada Dompet Dhuafa telah mengajak berkolaborasi dalam kebaikan, semoga kolaborasi ini tidak hanya saat ini saja, tapi dapat berkolaborasi di event selanjutnya. (Siedoo)