Siedoo, Kinerja rumah sakit di beberapa daerah sedang menjadi perhatian publik. Itu karena pasien yang dirawat saat Pandemi Covid-19 ini semakin hari semakin bertambah. Sehingga, saat puncaknya angka penderita Covid 19 beberapa waktu lalu, ruang rawat mengalami penuh.
Untuk membantu kinerja pelayanan di rumah sakit, mahasiswa mencoba menawarkan ide gagasannya berupa aplikasi berbasis website. Melalui inovasi ini, sebagai solusi untuk memudahkan kerja pekerjaan perawat di bagian Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di rumah sakit.
Dilihat dari segi pemakaian, aplikasi berbasis website yang dikembangkan mahasiswa asal Surabaya ini cukup mudah digunakan. Awalnya, tenaga medis diharapkan untuk log in menggunakan akun masing-masing. Setelahnya, pengguna dapat mengisi data pasien disertai gejala dan keluhan apa saja yang dialami.
Apabila seluruh data telah dimasukkan, sistem akan melakukan pencarian guna mengetahui beberapa diagnosis yang dialami pasien beserta tindakan yang baik dilakukan oleh perawat. Keinginan untuk membantu proses digitalisasi di bidang kesehatan ini rupanya mendorong mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur untuk menciptakan aplikasi berbasis web bernama APIK PICU dr Soetomo.
Istimewanya, segala proses pencarian bersumber dari buku panduan RSUD dr Soetomo yang telah digunakan resepnya secara turun temurun. Inovasi ini tidak lain, di era digital saat ini, manusia seringkali membuat terobosan baru agar beban kerja yang ditanggung menjadi lebih ringan, begitu pula di bidang kesehatan.
Kevin Haffizzana, mahasiswa Departemen Sistem Informasi ITS, memperkenalkan inovasinya sebagai solusi untuk memudahkan kerja perawat di bagian Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya. Aplikasi berbasis website ini memungkinkan penggunanya untuk menyimpan data pasien, dan secara otomatis mendiagnosis tindakan perawatan yang diperlukan berdasarkan gejala dan keluhan yang dimasukkan dalam kolom pencarian.
Mulanya, Kevin membagikan keresahannya terhadap proses penanggulangan kesehatan yang cukup lama dan masih bersifat manual. Mulai dari pencatatan data hingga pengambilan tindakan, perawat diharuskan untuk membaca dan mencocokkan data pasien dengan buku panduan rumah sakit yang tebal dan banyak macamnya.
“Belum lagi jumlah buku yang terbatas sehingga tidak bisa menutup kebutuhan untuk perawat yang lebih banyak,” katanya.
Melihat hal tersebut, Kevin berpendapat bahwa tahapan yang panjang dan rumit ini dapat dipersingkat melalui proses digitalisasi. “Makanya kita buat semacam bank data dari buku itu agar petugas medis tidak perlu membuka satu per satu halamannya,” ungkapnya.
Aplikasi ini juga menyediakan fasilitas penyimpanan data pasien yang bisa dicetak kapan saja. Pengguna dapat mengakses portal tersebut secara offline, baik melalui telepon genggam maupun laptop.
Keunggulan lain yang dapat dirasakan yaitu minimnya media yang diperlukan, hanya dengan satu komputer atau server untuk menyimpan data, maka aplikasi tersebut dapat dijalankan. Fitur log in secara khusus disediakan guna memastikan data yang ada di dalamnya aman karena tidak semua orang dapat mengaksesnya.
“Pekerjaan menjadi lebih fleksibel dan praktis,” ujarnya.
Kendati memerlukan waktu sekitar dua bulan untuk mengerjakan inovasi ini, Kevin mengaku senang terhadap respon pihak PICU RSUD dr Soetomo yang menyambut peluncuran teknologi ini dengan sukacita. Apabila dibutuhkan, Kevin pun bersedia untuk memperbaiki ataupun memperbarui fitur yang ada dalam aplikasi ciptaannya ini.
Hal tersebut sejalan dengan harapannya agar inovasi yang ia kembangkan dapat diperlebar ke fitur yang lain agar pemanfaatannya lebih kompleks, misalnya dalam hal pencatatan rekam medis atau inventori. “Kalau bisa semua proses yang manual harus digitalisasi agar semua orang tidak perlu ribet,” jelas dia. (*)