Siedoo, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur merancang portable charger berbasis green hydrogen pada aplikasi kendaraan listrik. Hal ini untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap mobil listrik di Indonesia. Inovasi ini dirancang dengan memiliki dua mode penggunaan yaitu portable dan generator.
Mode portable digunakan saat ingin bepergian jauh khusus pada mobil listrik. Sedangkan mode generator dapat digunakan untuk charging semua electric vehicle tanpa listrik PLN di rumah masing-masing.
“Kedua mode tersebut beroperasi dengan memasukkan air pada reaktor hidrogen. Sehingga menjadi keunikan tersendiri sebagai generator zero emission dengan bahan air yang mudah didapatkan,” kata Ketua tim Antasena PCEV, Ibrahim Fathahillah Hizbul Islam, perancang inovasi tersebut.
Latar belakang karya ini tidak lepas dari kondisi bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar. Namun kendaraan listrik masih kurang diminati oleh masyarakat Indonesia dikarenakan kurangnya infrastruktur untuk pengisian daya kendaraan.
Melihat hal tersebut, tim Antasena PCEV Institut Teknologi Sepuluh Nopember merancang portable charger berbasis green hydrogen pada aplikasi kendaraan listrik untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap mobil listrik di Indonesia. Jika portable charger untuk electric vehicle (kendaraan listrik) yang dirancang bersama dua rekan timnya dapat mendukung percepatan program kendaraan bermotor listrik yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
“Saat ini, kendaraan listrik kurang diminati dikarenakan kurangnya infrastruktur untuk pengisian daya kendaraan serta mahalnya biaya listrik,” tutur mahasiswa yang kerap disapa Fatah ini.
Berangkat dari sana, Fatah dan tim mendesain pengisi daya yang diberi nama sesuai dengan nama tim yakni Antasena Portable Charger Electric Vehicle (Antasena PCEV) yang mampu memberikan efisiensi energy. Sehingga mampu meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap kemudahan penggunaan mobil listrik di Indonesia.
“Alat ini dirancang dengan dimensi 0,98 x 0,56 x 0,79 meter kubik, dan memiliki dua mode penggunaan yaitu portable dan generator,” papar pemuda asal Surabaya ini.
Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi ini menjelaskan, sistem kerja Antasena PCEV tersebut yaitu dengan mengelektrolisis air menjadi green hydrogen dalam reaktor yang menggunakan daya 456 watt dengan NaOH. Kemudian, akan terbentuk gas Hidrogen Hidrogen Oksigen (HHO) yang selanjutnya dialirkan dan dikonversi menjadi energi listrik hingga 7 kilowatt oleh Internal Combustion Engine (ICE) hidrogen.
“Sehingga kompatibel untuk fast charging mobil listrik dengan waktu 1 jam 58 menit pada baterai 13,8 kilowatt,” tegasnya yakin.
Antasena PCEV diperkirakan dapat menghasilkan listrik hingga 20.440 kilowatt pertahun, dengan estimasi harga alat sekitar Rp 14 juta. Fatah dan tim meyakini jika harga tersebut sangat rendah jika dibandingkan listrik PLN yang mencapai Rp 29.529.668 pertahun.
Sehingga diyakini masih terjangkau untuk dibeli masyarakat. “Selain itu, pada kondisi maksimum baterai, diperkirakan jarak yang dapat ditempuh adalah 133,86 kilometer,” ungkap mahasiswa tahun ketiga ini.
Melalui inovasi mereka dalam merancang portable charger tersebut, tim Antasena PCEV berhasil meraih kategori Best Vote dalam ajang Astra Green Energy Student Innovation (AGEn SI) 2021 pada 22 Juni lalu yang digelar secara daring. Bersama Fatah, tim ini beranggotakan dua mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi lainnya yakni Rikza Octavian Pratama dan Risa Wahyu Widyastuti.
Ke depannya, tim yang dibimbing Sutarsis ST MSc ini berharap agar inovasi Antasena PCEV ini bisa mendapat pendanaan. Sehingga tim dapat mengembangkannya lebih lanjut.
“Kami juga berharap agar Antasena PCEV ini dapat terealisasi untuk diproduksi secara massa. Sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia,” tandasnya. (*)