Siedoo – GURU adalah entitas kebangsaan. Di tangan gurulah, pendidikan dinisbahkan. Guru yang berkompetensi akan melahirkan pendidikan yang bermutu, demikian pula sebaliknya.
Demikian ditandaskan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jawa Timur Ismail Yunus Bettary, yang juga Alumni UIN Alauddin Makassar.
“Walau pendapatan tidak seberapa dibanding profesi lain yang lebih mentereng, guru masih menjadi pilihan yang realistis,” katanya sebagaimana ditulis Tribunnews.
Dikatakan, barangkali guru tidak hanya menjadi lambang supremasi bagi keluarga. Lebih dari itu, para orang tua percaya ada “masa depan” yang cerah jika anaknya menjadi guru. Namun, yang mengkhawatirkan adalah bila guru dianggap sebagai sebuah jabatan. Bisa dipastikan ketamakanlah yang akan berkuasa.
“Harus digarisbawahi, guru selamanya adalah sebuah profesi. Bukan jabatan. Karena sebuah profesi, tentu dibutuhkan pendidikan khusus untuk mendapatkan keahlian, kemahiran, dan kecakapan,” bebernya.
Terkait sebagai sumber penghasilan, acapkali menjadi persoalan serius. Katakanlah ada orang yang ingin menjadi guru hanya karena iming-iming fasilitas, seperti sertifikasi. Dapat diduga, ketika menjadi guru, dia bukanlah tipikal guru berkarakter sesuai yang diharapkan. Guru yang demikian hanya berupaya menggugurkan kewajiban.
“Mengajar sesuai tuntutan kurikulum alias “guru kurikulum”. Dia kurang memiliki inisiatif dan kepekaan untuk memperbaiki cara berpikir, alih-alih mendidik siswa. Akhirnya, pembentukan karakter yang menjadi inti dalam pendidikan pun dikesampingkan,” bebernya.
Dalam dunia pendidikan, karakter adalah hal yang utama. Karena itu, Rektor Technische Hogeschool (ITB kini) ketika mewisuda Bung Karno berpesan, “Tuan Soekarno, suatu saat ijazah ini bisa robek dan hancur. Dia tidak abadi. Ingatlah, satu-satunya yang abadi adalah karakter.”
“Animo masyarakat mengirim putra-putrinya untuk dididik menjadi seorang guru tentunya patut diapresiasi. Namun, sedari awal harus ditanamkan kepada mereka bahwa guru bukanlah sebuah jabatan apalagi profesi yang hanya bermodalkan fashion. Semoga saja guru di negeri ini tetap menjaga marwah profesinya dengan penuh tanggung jawab. Bukan hanya sekadar menjadi guru,” tandasnya.