Siedoo, Ririn Susanti, mahasiswi Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mampu membuat bangga kedua orangtuanya. Ia berhasil meraih indeks prestasi tertinggi untuk jenjang S1 yaitu 3,93. Prestasi yang diraih ini tidak lepas dari kerja keras yang ia lakukan selama ini.
Awalnya, dia bisa masuk ke perguruan tinggi dengan beasiswa Bidikmisi. Namun pada saat tahun kelulusannya di sekolah menengah kejuruan, Ririn kurang beruntung tidak dapat menembus Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diinginkannya melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN. Alhasil Ririn memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu pada salah satu perusahaan distributor di Yogyakarta.
Upaya untuk masuk kuliah melalui jalur SBMPTN terus dilakukan. Hingga akhirnya bisa diterima.
Ririn mengatakan sebagai mahasiswa bidikmisi, sudah sepatutnya ia harus mempertahankan performa akademik dan juga berkontribusi positif dalam berbagai kegiatan di luar perkuliahan. IPK yang didapat adalah salah satu wujud dari tanggung jawab moral kepada negara yang telah membiayai studi. Serta aktif berorganisasi merupakan langkah untuk memberikan sumbangsih dan berkontribusi bagi lingkungan sekitar.
Warga Klangkapan, Margoluwih, Seyegan, Sleman tersebut mengisahkan, saat ingin kuliah dia sempat berpikir ulang terkait dengan niat tersebut.
“Saya menyadari bahwa biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tidaklah sedikit,” katanya, saat berbarengan dengan Wisuda Doktor, Magister, Sarjana dan Diploma Universitas Negeri Yogyakarta periode Juni dilaksanakan pada Sabtu (26/6/2021).
Saat mau masuk kuliah, banyak orang yang meragukan niat tersebut karena Ririn hanya berasal dari keluarga sederhana. Orang tuanya, Bawon Saseno, seorang buruh tani dan Wasiyah tidak bergelar sarjana.
Kala itu, atas saran orangtuanya Ririn memilih sekolah di SMKN 1 Godean program studi Akuntansi, dan ternyata ini adalah pilihan yang tepat karena gadis kelahiran Temanggung, 3 Juli 1998 tersebut menyukainya. Padahal pada saat itu nilai UN yang didapatnya cukup untuk masuk SMA Negeri. Saat kelas tiga SMK, guru-guru juga sering memberikan arahan untuk melanjutkan pendidikan.
Setelah bekerja selama satu tahun sebagai staff accounting, Ririn melihat pengumuman pendaftaran SBMPTN dan semangatnya untuk melanjutkan studi timbul kembali. Orang tuanya menyetujui karena mereka sangat mengutamakan pendidikan bagi anaknya.
Alhasil Ririn belajar kembali secara otodidak. Setiap harinya dia luangkan waktu untuk belajar saat istirahat di kantor.
Ririn bersyukur karena rekan kerja banyak memberikan dukungan untuknya. Dengan hanya berbekal waktu yang singkat, dia pun mengikuti tes SBMPTN dan Ujian Masuk salah satu PTN di Yogyakarta.
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, Ririn diterima di dua PTN di Yogyakarta melalui jalur SBMPTN dan Ujian Mandiri. Akhirnya, dia memilih untuk melanjutkan studi di Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNY melalui jalur SBMPTN.
Ririn mengisahkan, alasan lain mengapa dia lebih memilih untuk kuliah di UNY juga tidak terlepas dari pengalaman menjadi delegasi lomba akuntansi saat masih di SMK. Lomba tersebut adalah Lomba Cerdas Cermat Akuntansi (LCCA) yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi UNY.
Pengalaman saat bekerja justru menjadi penunjang saat belajar di bangku perkuliahan. Ketika diminta dosen untuk mengerjakan tugas, Ririn tidak merasa kesulitan untuk mengaitkan teori dan praktik yang sebenarnya.
Pembelajaran menjadi lebih mudah karena pernah mempraktikkan secara nyata di lapangan. Hal unik lain yang terjadi ketika Ririn mengetahui bahwa lawan sekolah saat SMK kini berkuliah di tempat yang sama.
“Dan karena kami sering menjadi peserta lomba akuntansi saat SMK, kemudian teman saya mengusulkan agar kami membentuk sebuah tim lomba,” ungkapnya.
Kolaborasi rival yang bersatu menjadi partner pun berhasil membuahkan hasil dimana mereka dapat memenangkan beberapa lomba akuntansi. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membangun kerjasama tim karena memang sejak SMK sudah sangat mengenal bagaimana seluk beluk dari lomba akuntansi.
Dia berharap agar semakin banyak anak di Indonesia yang mampu melanjutkan studi sampai jenjang pendidikan tinggi melalui beasiswa Bidikmisi maupun beasiswa lainnya.
“Semoga akses pendidikan juga dapat dirasakan oleh semua kalangan hingga anak di pelosok negeri. Karena bagaimanapun pendidikan merupakan salah satu usaha yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menjadi generasi yang cerdas, unggul, dan berbudi luhur,” jelas Ririn. (*)