JAKARTA – Salah satu kelebihan berkegiatan musik bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu, kegiatan ini dapat diakses dan dilakukan melalui berbagai cara yang berbeda. Mulai dengan cara mendengar (auditory), cara melihat (visual), dan dengan menggabungkan unsur mendengar (auditory) dan gerakan (kinestetik).
Pengembang Program dan Kurikulum Sekolah Musik Cikal Mohammad Arif Rahman menyatakan, pilihan instrumen musik yang diterapkan sebagai sarana terapi bagi ABK, diberikan sesuai kebutuhan dan pilihan yang beragam. Dapat berupa perkusi sederhana (seperti tamborin, triangle, castanet) atau perkusi kompleks (seperti xylophone, angklung).
“Pilihan dari instrumen musik yang dapat dipelajari pun sangat beragam. Dapat disesuaikan dengan skala keinginan maupun kebutuhan,” katanya.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kegiatan bermusik yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapetik. Misalnya untuk ABK yang membutuhkan treatment motorik kasar dapat memulai dengan instrumen perkusi, mulai dari perkusi sederhana yang berupa instrumen tunggal, atau kemudian bisa ditingkatkan dengan perkusi kompleks.
“Terdiri dari beberapa alat dalam satu kesatuan seperti drum set, atau bisa juga dengan alat musik perkusi melodis,” jelas Arif.
Apabila anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan yang tepat menghadapi gangguan fokus, menurut Arif, pendidik atau orang tua dapat menerapkan pendekatan musik dengan instrumen yang memberikan stimulus kompleks. Perpaduan antara treatment motorik halus dengan fokus pada letak nada spesifik seperti instrument piano.
Alur Belajar Dengan Pendekatan Musik Saat Daring
Menurut Arif, proses belajar musik bagi anak-anak berkebutuhan khusus di masa pandemi ini dapat dilakukan secara daring. Anak membutuhkan pendamping yang menemani dan membimbing secara langsung di sisi sang anak, khususnya bagi yang masih membutuhkan. Pendamping bertugas mengawasi fokus dan memandu kemandirian anak ketika belajar.
Untuk diketahui, sebagai sekolah inklusi yang ramah anak, Sekolah Cikal dan Rumah Main Cikal menyediakan Pendidikan Inklusi Cikal untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang dimulai sejak usia dini hingga tingkat SMA. Pendidikan Inklusi Cikal berfokus pada setiap potensi individu, dengan tujuan mengoptimalkan keunikan, keragaman, kebutuhan, dan minat murid sebagai individu melalui berbagai pendekatan salah satunya musik.
Pendidikan Inklusi, Optimalkan Potensi
Menurut Husnul Chotimah, Kepala Pendidikan Inklusi Cikal, Pendidikan Inklusi Cikal dibentuk dengan kurikulum yang menekankan pada pengembangan keterampilan hidup mandiri dalam diri anak. Program belajar ini berupa kurikulum yang menekankan pada pengembangan keterampilan hidup mandiri dan vokasi yang dibuat dengan mempertimbangkan rutinitas dan kebutuhan anak dalam lingkungannya.
“Serta didukung dengan keterampilan untuk mengembangkan aspek dalam diri untuk berinteraksi dan berelasi dengan orang lain,” ucap Husnul Chotimah, atau yang akrab disapa Nuli.
Ia juga menjelaskan bahwa berbagai aktivitas dan kolaborasi yang direncanakan dan didedikasikan antara sekolah, orang tua dan guru untuk setiap anak berkebutuhan khusus di Sekolah Cikal dan Rumah Main Cikal, juga difokuskan pada potensi setiap anak sebagai individu. Aktivitas dalam Pendidikan Inklusi Cikal berfokus pada potensi individu.
“Dengan tujuan mengoptimalkan keunikan, keragaman, kebutuhan, dan minat murid yang dikembangkan melalui program pembelajaran individu,” tambahnya.
Menurut Nuli, banyak sekali manfaat yang akan diperoleh jika dilatih dengan serius, terutama untuk anak-anak melalui seni musik. Seni dapat menumbuhkan rasa percaya diri, dan juga bisa menjadi sarana anak untuk berekspresi. Selain itu, pendekatan seni juga dapat menjadi salah satu bentuk terapi.
“Seperti menyanyi yang dapat melatih kemampuan berbicara anak. Sehingga membentuk artikulasi dan struktur kata yang tepat,” tandasnya. (Siedoo)