Siedoo, Pelaksana tugas Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Plt Dirjen PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Harris Iskandar, mengatakan belajar secara daring (online) tidak hanya terfokus pada tugas akademik saja. Dikatannya, guru harus kreatif dalam memberikan tugas pada anak. Jangan hanya terfokus pada akademik dan kurikulum saja. (kemdikbud.go.id, 25/3/2020)
Menindaklanjuti hal itu dimaksudkan agar siswa selama melnjalani masa Belajar di Rumah tidak jenuh atau merasa terbebani. Namun sebaliknya, siswa tetap merasa senang dan leluasa dalam belajar di rumah, baik mandiri maupun dengan bimbingan orang tua.
Pembiasaan Sehari-hari
Di luar tugas-tugas akademik, guru harus mampu berkreasi memberikan berbagai tugas berupa pembiasaan sehari-hari. Mulai yang ringan dan dilakukan sendiri hingga dilakukan bersama-sama. Hal ini bisa diajarkan kepada anak-anak PAUD, TK, dan siswa SD kelas rendah.
Dilakukan sendiri seperti melipat selimut, merapikan tempat tidur, mandi dan ganti pakaian sendiri, mencuci peralatan makan habis dipakai. Kemudian merapikan tempat belajar, merapikan mainan, mencuci tangan sebelum makan, dan sebagainya.
Kegiatan sendiri membantu orang tua seperti menyiram tanaman dalam pot, memberi pakan ikan di akuarium, menyapu kamar tidur, membantu ibu di dapur atau menemani adik balitanya bermain dapat juga dilakukan. Sedangkan yang dilakukan secara bersama seperti pembiasaan makan bersama anggota keluarga di ruang makan, membersihkan rumah dan lingkungannya, hingga salat berjamaah, dan ibadah lainnya.
Pembiasaan-pembiasaan tersebut bisa dilaporkan kepada guru baik dalam bentuk foto atau video. Orang tua mengambil gambar anak beraktivitas pembiasaan, kemudian melaporkan kepada guru.
Belajar Kecakapan Hidup
Guru juga dapat memberikan tugas-tugas siswa di rumah berupa pembelajaran kecakapan hidup (lifeskill). Mulailah dengan cara-cara yang sederhana menurut tingkatan usia anak. Usahakan untuk keterampilan tertentu, semua bahan dan alat yang tersedia di rumah saja. Sehingga tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkannya.
Misalnya membuat mainan dari kardus bekas, gelas dan botol air mineral bekas, hiasan dari biji-bijian, origami, memasang kancing baju, membuat boneka dari kain perca, dan sebagainya.
Guru bisa minta bantuan orang tua melalui tugas yang diberikan. Tentang langkah-langkah atau cara membuatnya. Bisa difoto atau divideo dari bahan hingga jadi. Untuk tingkat SD, anak diajari pula menuliskan laporan dalam bukunya. Mulai dari nama kegiatan, alat dan bahan, dan cara membuatnya.
Dengan demikian guru dan siswa sudah mengajarkan kecakapan hidup sekaligus membuat suatu laporan. Bila hal itu dilakukan, anak akan lebih asik belajar di rumah, sementara orang tua pun aktif mendampingi anak. Bagi guru, akan mendapatkan nilai untuk keterampilan, Bahasa Indonesia, serta nilai karakter.
Sentuhan Agama dan Seni
Selain kedua tugas pembelajaran di atas, guru dapat mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan seni kepada anak. Sentuhan agama dan seni melalui tugas membuat laporan dengan foto atau video. Misalnya anak menghafalkan surah-surah pendek dari Alquran, belajar membaca Alquran, menulis dengan huruf Arab, salat berjamaah, dan kegiatan ibadah yang lain dalam pembiasaan.
Bisa juga menyanyikan lagu anak-anak, lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu wajib nasional, atau lagu-lagu daerah. Bahkan anak dilatih mewarnai, menggambar, deklamasi, menyalin puisi, menciptakan puisi, atau membaca puisi. Atau tugas terkait pendidikan karakter, misalnya sahutan ketika dipanggil orang tua, ucapan ketika berjalan melintas di depan banyak orang, kalimat minta tolong sesuatu, jawaban ketika dimintai tolong dan sebagainya.
Dengan pembelajaran non akademis seperti diuraikan di atas, anak akan tertanam kebiasaan baik, mendapat sentuhan agama dan seni, serta terbangun karakternya. Selamat mencoba! (*)
Irfandi, S.Pd
Pengawas Sekolah
Disdikbud Kecamatan Windusari
Magelang Jawa Tengah