Siedoo, Kepala LLDikti Wilayah VI Prof. D.Y.P. Sugiarto, baru-baru ini, menyerahkan surat keputusan yang berkaitan dengan gelar profesor kepada 4 orang dari empat perguruan tinggi di Jawa Tengah (Jateng).
Mereka adalah Prof. Sisunandar, Ph.D. dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Prof. Mudzakkir dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Prof. Amron dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), dan Prof. Muhammad Da’i dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Proses meraih gelar profesor dari keempatnya tidaklah sama. Ada yang cukup singkat, ada yang panjang, dan ada pula yang sangat panjang. Hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi para dosen yang ingin mendapatkan gelar akademik tertinggi.
Teliti Kelapa Kopyor
Dilansir dari ump.ac.id, Prof. Sisunandar adalah satu-satunya dosen yang meneliti kelapa kopyor. Aktivitas sehari-hari Sisunandar adalah dosen Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UMP Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Selaku Kepala LLDikti Wilayah VI berharap keberhasilan Prof. Sisunandar dapat menjadi virus yang baik untuk memacu dosen-dosen yang lain meraih gelar profesor. Sugiarto juga mengharapkan gelar tersebut menjadikan peneliti kelapa kopyor itu makin produktif karena profesor merupakan salah satu tolak ukur kemajuan sebuah perguruan tinggi.
“Semoga setelah menjadi profesor, Pak Sisunandar menjalankan tugas dengan baik di antaranya menghasilkan paling sedikit tiga karya ilmiah di jurnal internasional atau paling sedikit satu karya ilmiah dalam jurnal internasional bereputasi atau bisa juga membuat karya monumental atau paten dalam jangka waktu tiga tahun,” kata Sugiarto.
Kuncinya Mau Berusaha
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Sisunandar didampingi Wakil Rektor II Drs. Ikhsan Mujahid M.Si menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya meraih gelar profesor.
Ia mengaku tiga kali gagal mengajukan berkas hingga putus asa dan mengumumkan ke semua orang jika akan berhenti dari pekerjaannya menjadi dosen.
“Namun semua itu salah karena di tahun 2019, saya tidak menyangka dapat menyelesaikan proses ini. Kali ini saya belajar bahwa tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berusaha,” kata Prof. Sisunandar, Ph.D. (*)