SUBANG – Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) mengajak seluruh pemangku kepentingan mengambil peran agar target 65 persen siswa lulusan SMK, khususnya bidang pertanian, dapat bekerja sesuai dengan kompetensinya.
“Kita berbicara anak-anak lulusan SMK yang sudah mendapatkan dukungan dengan kompetensi yang sudah bersama-sama diformulasikan dengan dunia usaha dan dunia industri,” kata Kepala Sub Direktorat Penyelarasan Kejuruan dan Kerja Sama Industri, Direktorat Pembinaan SMK, Kemendikbud, Saryadi dalam rilisnya.
Kesempatan itu disampaikan dalam pembukaan Expo Good Agricultural Practices di SMKN 2 Subang, Jawa Barat, belakangan ini.
“Salah satunya dengan East West Seed mampu berkarya di bidang pertanian, apakah berkarir untuk bekerja pada pihak industri atau berkarir menjadi petani-petani muda, yang tentunya petani-petani muda ini akan memiliki nilai tambah karena sudah dibekali dengan kompetensi, pengetahuan, teknologi dan keterampilan yang diformulasikan melalui kerjasama yang apik antar semua pihak yang mendukung revitalisasi SMK,” tambahnya lebih lanjut.
Ia mengatakan, kebekerjaan lulusan SMK menjadi salah satu indikator keberhasilan revitalisasi SMKN 2 Subang.
“Kami laporkan kepada Pak Wabup, kontrak kerja SMKN 2 Subang salah satunya nanti 65 persen lulusannya itu bekerja sesuai kompetensi yang dimiliki, dalam konteks kerjasama ini tentunya bekerja di bidang pertanian,” ungkap Saryadi.
Saryadi berharap, pihak-pihak yang terlibat bisa berpartisipasi dalam mewujudkan target tersebut agar keuntungannya tidak hanya dirasakan oleh daerah Subang namun juga daerah lain sehingga membawa manfaat yang lebih besar bagi peningkatan SDM di Indonesia.
Kepala SMKN 2 Subang Iim Gunawan, mengemukakan upayanya untuk memaksimalkan agar 65 persen lulusannya terserap di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang sesuai dengan kompetensi lulusannya.
“Maksimum enam bulan setelah kelulusan siswa, semua program keahlian harus terpasarkan,” tandasnya.
Apabila tidak terpasarkan, lanjutnya, akan dipanggil ketua programnya. Pihaknya bersyukur sudah banyak perusahaan yang jemput bola ke sekolah.
“Ini saja (sekarang) sedang ada ujian. Belum lulus saja anak-anak sudah di tes. Kami ingin meningkatkan minat anak muda ke pertanian maka kami mencoba mengembangkan pertanian berbasis Internet of Think (IoT) dan SmartDi atau sekolah mandiri produsen sayur dan buah,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Subang, Agus Maskur Rosyadu mengatakan, pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas penting bagi pembangunan Kabupaten Subang.
Tercatat, kenaikan produksi padi dari tahun 2014 sampai 2018 jumlahnya mencapai 31.194,54 ton per tahun. Sedangkan luas lahan pada periode Oktober-Maret 2019 sekitar 97.539 hektar. Subang termasuk lumbung padi nasional.
“Sedikit sekali yang mau bercita-cita menjadi petani padahal tuntutan terhadap produk pertanian masih tinggi. Di sisi lain, tantangan terhadap lahan pertanian juga makin besar,” katanya.
Wagub Agus Maskur berharap ke depan kesuksesan para petani Subang dapat menjadikan Subang sebagai “jawara” (jaya, istimewa dan sejahtera) dan tidak lupa menyampaikan apresiasinya atas perhatian dan kerjasama berbagai pihak terutama dalam meningkatkan kualitas hidup petani Subang.
“Kami dari Pemerintah Subang tentunya sangat berterima kasih kepada seluruh sponsor pihak swasta, East West Seed dan instansi lainnya yang sudah mengembangkan pertanian di wilayah Subang,” ucapnya.
Dalam rangka menambah minat generasi muda berkiprah di bidang pertanian, pihaknya telah memberikan penyuluhan ke desa-desa serta melakukan monitoring untuk mengajak anak-anak muda supaya lebih mencintai dunia pertanian.
“Meskipun regulasi anggaran bagi revitalisasi SMK saat ini masuk lewat pemerintah provinsi, kita (kabupaten) menyumbang (dana) ke desa, harapannya mereka menyertakan utusan desa dan masuk ke sekolah untuk memberikan penyuluhan,” terang Wagub Agus Maskur. (Siedoo)