WAMENA – Kondisi di Wamena, Papua, saat terjadi konflik pada 23 September lalu kondisinya benar-benar mencekam. Di dunia pendidikan, dampak dari peristiwa itu, guru dan siswa merasa ketakutan hingga mengungsi keluar Kota Wamena, seperti ke Jayapura, Merauke hingga luar Papua.
“Kejadian pada tanggal 23 September itu, membuat kami, semua guru dan siswa semua lari. Dari 30 guru yang ada di sekolah kami, saat ini hanya 10 guru yang tersisa. Sekolah kita dirusakin, semua kaca-kaca dikasih hancur,” aku Kepala SMPN 2 Wamena, Kornae Paragaje, dilansir dari kemdikbud.go.id.
Diakuinya, saat ini, masih ada 5 guru SD, 60 guru SMP, 59 guru SMA, dan 30 guru SMK yang masih mengungsi.
Di Kota Wamena, dari 50 satuan pendidikan yang ada, 23 di antaranya mengalami kerusakan. Sebanyak lima SD, sepuluh SMP, lima SMA, dan tiga SMK mengalami kerusakan ringan dan sedang, seperti kerusakan pada kaca jendela ruang kelas, pintu, papan nama sekolah. Satu ruangan Kepala SMP YPPK St. Thomas dilaporkan habis dibakar.
Setelah kejadian itu, kini aktivitas belajar mengajar di sekolah sudah kembali. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) kembali normal pascakonflik sosial di Wamena, Papua.
Mendikbud mengapresiasi kembali terselenggaranya kegiatan belajar mengajar di beberapa sekolah yang dikunjunginya. Hal ini sejalan dengan instruksi Bupati Jayawijaya, Jhon Robert Banoa, yang menginstruksikan bahwa mulai tanggal 7 Oktober kegiatan belajar mengajar di Kota Wamena harus sudah dimulai.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati atas kerja kerasnya, kerusuhan pada tanggal 23 September sudah bisa diatasi, dan lebih khusus, anak-anak sudah bisa bersekolah seperti biasa,” kata Mendikbud di tengah-tengah masyarakat Wamena yang hadir di SMP Negeri 2 Wamena, Selasa (15/10/2019).
Mendikbud menekankan bahwa pelayanan pendidikan tidak boleh terhenti di tengah situasi konflik yang terjadi di Wamena dan Nduga, Papua. Sehingga hak anak-anak Papua terhadap layanan pendidikan tetap terpenuhi demi masa depan mereka.
“Saya minta kalau ada teman-temannya yang belum masuk sekolah harus diajak kembali, terutama dari luar yang masih mengungsi, yang belum tertampung supaya ditampung. Kemudian kalau ada anak dari Wamena yang sekarang keluar juga bersama orang tuanya supaya diajak, diminta balik ke Wamena,” ajak Mendikbud.
Untuk itu, Mendikbud telah berkoordinasi dengan Panglima TNI dan Kapolri untuk menjamin keselamatan dan keamanan guru, tenaga kependidikan, dan siswa di daerah konflik di Papua.
“Insyaallah sudah aman. Kapolres sudah menjamin keadaan di Wamena sudah membaik,” katanya.
Mengenai kondisi sekolah yang rusak, Mendikbud berkomitmen untuk merehabilitasi sekolah-sekolah yang rusak akibat kerusuhan di Wamena untuk menjamin terselenggarannya proses belajar mengajar di sekolah.
Selain sarana dan prasarana pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan World Vision Indonesia (WVI), Kementerian Sosial, TNI, Polda, dan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) akan melakukan konseling dan trauma healing bagi guru dan siswa korban konflik sosial. Kegiatan akan terus dilakukan hingga waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan tercukupi.
Untuk menangani kesehatan dan gizi anak-anak Papua, Mendikbud memastikan Program Anak Sehat (Progas) yang telah dilucurkan tahun lalu akan diperluas hingga seluruh daerah di Papua dan meminta Dinas Kesehatan untuk memberikan vitamin agar anak terjamin kesehatan.
“Nanti saya koordinasi dengan Bu Menkes (Menteri Kesehatan, Nilam Moeloek) untuk memberikan makanan tambahan dan vitamin agar gizi anak Papua terjamin, kemudian program sarapan sehat di sekolah dijalankan,” tuturnya. (Siedoo)