DEPOK – Dari tujuh calon rektor Universitas Indonesia (UI) periode 2019-2024 kini hanya tersisa tiga nama. Mereka adalah Prof. Dr. rer. nat. Abd Harris; Prof. Ari Kuncoro, S.E.,M.A., Ph.D; Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, MPH, SpOG (K). Ketiganya akan menjalani debat, Rabu (25/9/2019) hari ini di balai sidang Kampus UI Depok. Usai debat akan ditetapkan menjadi rektor terpilih.
Prof. Drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., Ph.D, sebagai ketua pelaksana pemilihan rektor mengatakan, hasil akhir didapatkan lewat mekanisme seleksi yang dilakukan UI bekerja sama dengan lembaga seleksi profesional yang meliputi beberapa komponen penilaian.
“60 persennya adalah komponen presentasi, 20 persennya adalah komponen karakter, dan 20 persennya adalah komponen kompetensi. Ketiga faktor ini menjadi indikasi penilaian terbesar dalam proses pemilihan rektor kali ini,” katanya dilansir dari ui.ac.id.
Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan dari para panelis bermaksud menggali lebih dalam lagi eksekusi visi dan misi dari para calon rektor. Sehingga tergali dan tereskplorasi dengan baik.
“Para calon rektor juga mendapat perspektif-perspektif baru terhadap visi dan misinya tersebut,” tambahnya.
Berikut calon rektor UI tiga besar:
Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris
Ia merupakan Dekan FMIPA UI yang masih menjabat hingga sekarang. Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris. lahir di Pemalang, Jawa Tengah, 21 September 1970. Ia berlatar belakang keluarga petani. Dalam kehidupannya terbetuknya pribadi yang disiplin dan bekerja keras.
Abd Haris mendapatkan gelar sarjana dan magisternya dari FMIPA UI dari Departemen Fisika. Kemudian melanjutkan pendidikan doktornya di Kiel Univeristy dalam bidang Geofisika. Hingga saat ini menggapai tingkat tertinggi dalam bidang akademik. Yakni, menjadi seorang Guru Besar.
Selama menjadi Dekan di FMIPA UI, ia membawa banyak perubahan yang ditandai dengan bertambahnya fasilitas kesejahteraan. Dua gedung laboratorium Riset Multidisiplin Pertamina-FMIPA UI juga berhasil didirikan dan hibah sebesar tujuh miliar dari Sinar Mas Group juga didapatkannya untuk utilisasi gedung tersebut.
Selain itu, kerja sama antara beberapa perusahan seperti Schlumberger juga telah diperoleh. Dalam bidang riset, Prof. Abd Haris juga berhasil membuat FMIPA sebagai penghasil publikasi terbesar kedua di UI dengan dampak positif meningkatnya Guru Besar hingga 117 persen.
Di luar UI, Prof. Abd Haris juga tercatat aktif tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), dan terdaftar sebagai vice president. Dalam pemilihan Rektor UI periode 2019-2014, Prof. Abd Haris memiliki visi “Mengembangkan dan mentransformasi Universitas Indonesia menjadi universitas unggulan di tingkat global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Universitas Indonesia”. Program-program yang dijabarkan melalui HARIS for UI, yaitu Human Capital, Acceleration, Reform, Integration, dan Sustainability.
Prof. Abd Haris mengatakan, UI memiliki peran yang sangat besar karena merupakan adalah universitas terbaik di Indonesia. Dalam programnya, ia mengatakan menjadikan UI sebagai universitas yang mandiri dan otonom serta mampu menyelesaikan berbagai masalah.
UI juga diharapkan akan bisa menjadi agen reformasi dan riset serta harus adaptif dan tanggap karena dunia yang semakin maju ini. Ia juga membahas program untuk menjadikan UI menjadi universitas yang unggulan dan harus menjadikan serta menghasilkan lulusan-lulusan unggulan. Hal ini tidak lain untuk bisa menghadapi berbagai masalah bangsa.
Prof. Ari Kuncoro, S.E, M.A, Ph.D.
Pria ini lahir pada tahun 1962 ini. Meraih gelar sarjananya di FEB UI dengan konsentrasi Ekonomi Moneter, master of arts dari Univerity of Minessota, dan meraih gelar Ph.D-nya dalam bidang Ilmu Ekonomi dari Brown University.
Prof. Ari merupakan Guru Besar dalam bidang Ilmu Ekonomi di FEB UI dengan google h-index 14 dan menduduki peringkat pertama di Indonesia untuk sitasi karya ilmiah berdasarkan RePEC.
Sebelum menjadi hingga seperti ini, Prof. Ari memulai kariernya di LPEM FEB UI sebagai asisten peneliti. Sepak terjangnya dalam akademisi terus berlanjut hingga dia menjadi Wakil Dekan FEB UI sampai menjadi Dekan FEB UI seperti saat ini.
Selain itu, ia juga memiliki kegiatan lain dalam karier akademisnya seperti membangun kerja sama penelitian dengan Brown University, NBER (National Bureau of Economic Research), NSF (National Science Fondation) di Amerika Serikat. Beberapa penelitiannya juga sudah dipublikasikan dalam jurnal yang memiliki reputasi internasional.
Hingga saat ini ia juga aktif dengan kegiatan di luar FEB UI seperti menjadi anggota East Asian Economist Association dan menjadi professor tamu di Brown University dan Australian National University.
Dalam pemilihan rektor UI periode 2019-2014 ini, Prof. Ari membawa visi “Menuju Universitas Indonesia yang inovatif, mandiri, unggul, inklusif, dan bermartabat”. Dalam menunjang visinya tersebut, Prof. Ari mengatakan memiliki beberapa program yang salah satunya berfokus kepada team work.
Menurutnya terjadinya rupiah yang melemah, ekspor yang menurun, disebabkan SDM Indonesia yang tidak guyub secara internasional.
Prof. Ari memiliki program yang ditujukan untuk mahasiswa. Yaitu, membuat pendidikan yang berbasis kolaborasi.
“Selama ini yang dihasilkan adalah individualis, dengan IPK tinggi, lalu kalo jadi team work payah,” ucapnya.
Dijelaskan, jika team work itu sangat penting karena tidak akan bisa pintar sendirian. Untuk itu akan direncanakan program paper kelompok, proyek kelompok, dan lain sebagainya.
“Dan itulah program yang akan dicoba supaya SDM Universitas Indonesia dapat berperan untuk menjaga bangsa dan negara kita. Mungkin saat ini masih banyak CEO yang berasal dari Universitas Indonesia, tetapi kita tidak tahu lima tahun kedepan,” tutupnya.
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), MPH
Ia merupakan Ketua Komisi 2 Senat Akademik UI periode 2019- 2024 sekaligus Wakil Direktur Bidang Pengembangan Bisnis dan Inovasi Indonesian Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran UI (IMERI FK UI).
Ia merupakan lulusan Ilmu Kedokteran di FK UI. Ia mengambil gelar S3 dan mengambil Magister jurusan Manajemen Rumah Sakit di Universitas Gajah Mada (UGM).
Berbicara perihal pengalaman, ia sempat menjadi Wakil Ketua Senat Mahasiswa FK UI periode 1993-1994, Koordinator Pengembangan Riset Fakultas Kedokteran UI diperiode 2010-2014, lalu Sekretaris Bidang Hubungan Internasional dan Kerjasama MEA Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia periode 2015-2018.
Prof Budi mengangkat tema “Membangun Universitas Indonesia Menjadi Area Knowledge Economy Melalui Entrepreneurial University” dalam visi misinya sebagai calon rektor UI. Ia ingin membangun UI dalam 3 bidang. Yaitu bidang riset dan teknologi; akademis dan kemasyarakatan; dan kewirausahaan dan kolaborasi.
Dibidang Riset dan Teknologi, Prof Budi memiliki tiga misi. Yaitu memimpin pendidikan tinggi berbasis penelitian dan inovasi; mengakselerasi implementasi entreprenuerial university dalam bidang pendidikan, penelitian dan pelayanan masyarakat; serta meningkatkan keberadaan dan peran Indonesia di dunia internasional.
Sedangkan dalam Akademis dan Kemasyarakatan, ia ingin mencetak lulusan UI sebagai pemimpin masyarakat; mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan melalui kerja sama dengan institusi pendidikan berkelas dunia (join degree); dan aktif membantu pemerintah serta berpartisipasi dalam membangun ketahanan, kemandirian dan daya saing bangsa.
Kemudian dalam bidang Kewirusausahaan dan Kolaborasi ia juga memiliki 3 misi. Yaitu, membangun kapasitas dan memberdayakan semua sumber daya dalam mencapai tujuan bersama; membangun budaya entrepreneur bagi semua sivitas akademika; dan membuka pintu seluas-luasnya dalam aspek kolaborasi serta kemitraan dengan alumni, pemerintah, industri dan masyarakat. (Siedoo)