Siedoo, Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat menemukan inovasi baru di bidang energi dan sumber daya mineral (ESDM). ITB menemukan rekayasa teknologi kompor induksi berdaya rendah. Pengguna inovasi ini rencananya ditargetkan pada rumah tangga, segmentasi menengah ke bawah di Provinsi Jawa Barat.
Temuan ini langsung dilirik oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. ITB sepakat untuk menjalin kerjasama yang lebih jauh.
“Berharap bahwa program teknologi kompor induksi juga dapat segera direalisasikan, sebagaimana target dari Pemprov Jabar akan selesai akhir tahun ini,” kata Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan ITB, Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono.
ITB menjalin perjanjian kerjasama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat di Ruang Rapim A, Gedung CCAR ITB, Jalan Tamansari No. 64, Bandung. Perjanjian kerjasama tersebut ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan ITB, Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono dengan Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, Ir. Bambang Tirtoyuliono, M. M.
Prof. Bambang Riyanto menyampaikan bahwa ITB sangat menyambut baik kerjasama yang akan dilakukan bersama Dinas ESDM Jawa Barat. ITB sangat aktif dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam ataupun luar negeri.
“Poin penting bagi ITB adalah kami bisa ikut berkontribusi dalam menyelesaikan isu dan masalah, khususnya di Jawa Barat,” ujarnya.
Prof. Bambang juga menambahkan bahwa hasil riset yang dilakukan ITB beberapa di antaranya sudah dikerjasamakan dengan Pemprov Jabar. Misalnya diimplementasikan dalam program Citarum Harum dan pengelolaan sampah.
Untuk kali ini, program yang dikerjasamakan adalah mengenai rekayasa teknologi kompor induksi berdaya rendah. Yang ditargetkan pada rumah tangga segmentasi menengah ke bawah di Jawa Barat.
Sementara itu, Bambang Tirtoyuliono mengatakan, kerjasama ini adalah salah satu bentuk manifestasi yang bertujuan untuk pembangunan Jawa Barat. Bahwasannya dalam melaksanakan pembangunan, tidak bisa hanya dilakukan pemerintah.
“Tetapi harus bersama-sama dalam mewujudkannya,” ujarnya.
Bambang Tirtoyuliono juga menjelaskan bahwa program ini dilatarbelakangi oleh kondisi aktual di mana penduduk Jawa Barat semakin padat. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil semakin tinggi.
Melalui teknologi kompor induksi ini, diharapkan menjadi salah satu solusi akan ketergantungan energi tersebut. Di sisi lain, dalam implementasinya diperlukan pula kolaborasi dengan perguruan tinggi.
Dia mengatakan, kebanyakan teknologi yang sudah dipasarkan pada saat ini membutuhkan energi listrik yang besar. Sementara rumah tangga yang berada di segmen menengah ke bawah tidak mampu memanfaatkannya.
Oleh karena itu, target pasar dari program ini adalah masyarakat pengguna listrik di bawah 900 watt dengan teknologi kompor induksi berdaya rendah. (*)