YOGYAKARTA – Pada saat ini, pendidikan yang bersifat ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (yang di tengah membangun semangat atau motivasi), tut wuri handayani (yang di belakang memberi dorongan), wajib dielaborasikan dengan semangat 4C. Yaitu creativity, critical thinking, communication dan collaboration.
“Creativity atau kreativitas menjadi C yang pertama, lewat mengasah otak anak untuk terlatih dan dilatih. Diarahkan untuk berkarya sesuai kreativitas mereka,” kata Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sutrisna Wibawa dalam wisuda lulusan Doktor, Magister, Sarjana dan Diploma periode Juni di GOR UNY, Sabtu (29/6/2019).
Menurut dia, pendidikan hadir untuk memberikan teladan, motivasi, dan dorongan yang penting untuk berkreasi dan berinovasi. Bukan justru membatasi inovasi.
Critical thinking atau berpikir kritis, menjadi C yang kedua. Kemampuan berpikir kritis kepada anak mampu menangkal paham-paham radikal yang dapat ditangkap otak sebagai ide yang tidak masuk akal.
“Bersama dengan Communication atau komunikasi menjadi C yang ketiga, dan colaboration, atau kolaborasi sebagai C yang keempat. Pendidikan diharapkan terjadi oleh dan kepada setiap elemen masyarakat,” jelasnya.
Itu sekaligus menghadirkan ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menyiapkan diri menuju persaingan bebas. Dari filsafah tersebut, pendidikan diharapkan mampu menjalankan kewajibannya, menyiapkan peserta didik agar cerdas menghadapi sharing economy era di dunia global.
“Artinya, lulusan perguruan tinggi harus memiliki kecerdasan sosial untuk melakukan terobosan dalam dunia bisnis yang tren sekarang didasarkan atas kolaborasi ekonomi,” urai rektor.
Pada kesempatan itu, juga disampaikan bahwa, wisudawan segagai lulusan pendidikan tinggi, harus selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan bersiap menghadapi tantangan besar yang terjadi di era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 saat ini. Wisudawan harus tetap memperhatikan pentingnya penguasaan teknologi, teknologi digital, serta bahasa asing.
“Dalam merespon perubahan tersebut, wisudawan harus memiliki mindset yang terbuka terhadap perubahan. Mindset yang adaptive, yang sering disebut dengan growth mindset,” tuturnya.
Manusia dengan growth mindset selalu memandang pencapaian sebagai hasil usaha dan hasil belajar, dan bukan semata-mata karena adanya bakat dan takdir. Sikap semacam ini akan dapat menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan mampu belajar serta mencapai apapun yang dikehendaki.
“Wisudawan jangan berpegang pada fixed-mindset (biasanya sudah dalam zona nyaman), sehingga akan sulit untuk beradaptasi terhadap perubahan. Karena sudah membuat batasan-batasan personal terkait dengan apa yang mereka dapat lakukan, dan apa yang tidak dapat mereka lakukan,” tegasnya.
Pada periode ini, yang diwisuda sebanyak 1.574 orang. Dengan rincian 20 orang program Doktor (S3), 207 orang Program Magister (S2), 1.135 orang Program Sarjana (S1), dan 212 orang Program Diploma (D3).
Sebaran menurut fakultas/PPs: PPs sebanyak 227 orang, FIP sebanyak 237 orang, FBS sebanyak 176 orang, FMIPA sebanyak 157 orang, FIS sebanyak 134 orang, FT sebanyak 299 orang, FIK sebanyak 124 orang, dan FE sebanyak 220 orang.
Wisudawan yang meraih predikat cum laude atau dengan pujian sebanyak 713 orang (45,23%). Itu terdiri dari: S3 sebanyak 5 orang, S2 sebanyak 45 orang, S1 sebanyak 605 orang, dan D3 sebanyak 58 orang. (Siedoo)