Siedoo.com -
Daerah

Ketika Anak Luar Biasa Diwisuda

MAGELANG – Setiap lembaga pendidikan, tidak hanya bertanggung jawab di masing-masing jenjang pendidikan saja. Karakter atau tipe siswa juga bagian dari tanggung jawab dan ada pengelompokkannya sendiri.

Sekolah Luar Biasa – C Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Luar Biasa (YPPALB) sejak 1977 menangani pendidikan khusus anak penyandang disabilitas tuna grahita. Sekolah mengajarkan berbagai hal, mulai dari akademis hingga non-akademis kepada para siswa.

Setelah melalui berbagai tahapan pendidikan, para siswa yang memenuhi kriteria kelulusan, maka mengikuti prosesi wisuda. Beralamat di Jalan Cemara Tujuh No. 34 A Kota Magelang, Jawa Tengah, kegiatan tersebut berlangsung mulai pukul 08.30 sampai 12.00 WIB. Dihadiri sekitar 70 orang mulai dari guru beserta tenaga pendidik, Komite Sekolah, perwakilan Cabang Dinas Pendidikan, semua siswa beserta orang tua.

Acara ini mencakup 3 hal, yaitu kegiatan tutup tahun ajaran 2018/2019 (SD, SMP, SMA) Halal Bi Halal dan Wisuda. Ketiga jenjang pendidikan tersebut dijadikan satu dalam lingkungan sekolah dan asrama.

Jumlah anak yang diwisuda dari tingkat SD 11 anak, SMP 7 anak dan SMA 9 anak. Acara dimeriahkan dengan pentas seni kuda lumping, menyanyi, menari oleh anak-anak luar biasa. Sebagian besar anak berasal dari luar Kota Magelang.

“Anak yang dari lingkup Kota Magelang itu sekitar 15%, lainnya dari Temanggung, Wonosobo dan paling banyak berasal dari Kabupaten Magelang,” Kata Sigit Purnomo, Kepala SLB – C YPPALB Magelang.

Setelah melalui jenjang SD, maka akan dilanjutkan ke SMP hingga SMA di sekolah tersebut. Sedangkan anak yang sudah lulus SMA biasanya membuka usaha keterampilan di rumah, seperti ada anak yang sudah lulus membuka usaha ternak burung Murai, berbekal keterampilan yang sudah diajarkan di sekolah.

Baca Juga :  Seru! Mahasiswa UNY Latih Siswa SLB Berbisnis Online

“Dalam mendidik anak-anak yang tuna grahita, tentu perlu penanganan khusus. Kami kelompokkan anak yang mempunyai IQ 70 sampai 80 diberi pelajaran calistu (baca, tulis, hitung),” katanya.

Anak juga dilatih untuk mandiri seperti mandi sendiri, makan sendiri dan ganti baju sendiri. Anak juga difokuskan dalam hal keterampilan seperti batik, ternak murai dan membuat aksesoris, dompet dan tas.

Batik karya siswa tersebut biasanya dititipkan di Hotel Wisata Jl. Jend. Sudirman No.139, Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah. Selama 3 tahun ini produk batik hasil anak laku dipasaran, diantaranya batik ciprat, batik tulis dan batik cap. Selain dijual, juga dipakai sendiri untuk seragam sekolah anak.

Selain guru yang bertugas mendidik, sekolah juga mengundang pemateri dari luar untuk mengajarkan keterampilan kepada anak.

“Kami undang dari pihak luar untuk mengajarkan keterampilan, bahkan kami juga pernah mengirimkan guru untuk menimba ilmu membatik diluar. Kemudian nantinya akan ditularkan kepada anak-anak di sekolah,” tuturnya.

Melihat kondisi anak dengan taraf berpikir yang kurang, tentu sebagai pendidik mempunyai kendala dalam menyalurkan ilmu kepada anak – anaknya.

“Salah satu kendalanya dalam mendidik, kadang kami sulit untuk berkomunikasi dengan anak karena kondisi taraf berpikirnya yang rendah. Kami mencoba mencari bakat apa yang ada dalam anak tersebut juga sulit, bahkan bisa sampai 2-3 tahun baru bisa ketemu bakatnya,” ujarnya.

Memang ada beberapa anak yang sifatnya memberontak, hyper aktif. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pihak sekolah ialah meminimalkan waktu senggang anak.

“Anak itu jangan sampai terlalu lama tidak ada kegiatan. Kami ajak anak seperti bermain musik dan menari, supaya waktunya dilampiaskan disitu. Jadi harus ditemani dan diajak ngobrol karena ada sebagian anak yang tenaganya berlebihan, jadi harus disalurkan,” terangnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?