Siedoo, Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengubah kulit kakao menjadi handbody lotion yang lebih efisien dan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Inovasi ini muncul tidak lepas dari manfaat kakao yang ternyata cukup besar.
Di masyarakat, kulit kakao belum dimanfaatkan secara optimal. Biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk kompos saja. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi baru dalam mengolah kulit kakao.
Jamaluddin Siregar Prodi Matematika, Wahyuni Eka Maryati Prodi Pendidikan Matematika, Yuliari Suprihatin dan Zamhariroh Marsa Fajarwati prodi Kimia, serta Kharisma Nanda Putri Permatasari Prodi D3 Akuntansi menangkap peluang tersebut. Mereka menciptakan handbody lotion dengan bahan baku kulit kakao.
Ini diharapkan dapat menciptakan inovasi yang dapat melembabkan kulit kering melalui bahan alami yang belum dimanfaatkan secara optimal. Apalagi, Indonesia terletak di daerah tropis, dimana banyak menghasilkan tanaman hasil pertanian, salah satunya tanaman kakao.
Kakao menghasilkan limbah organik berupa kulit, tetapi kurang memiliki nilai ekonomis dan cepat mengalami pembusukan yang menimbulkan masalah lingkungan. Padahal, selain itu kakao mengandung vitamin A dan E yang sangat berguna untuk mengangkat sel kulit mati.
“Pada suhu udara yang panas, kulit cenderung bermasalah, seperti kulit kering dan hitam karena terpapar sinar matahari,” kata Wahyuni Eka Maryati.
Penggunaan kosmetik yang berfungsi untuk merawat kulit, sangat diperlukan. Banyak masyarakat, khususnya para wanita yang ingin tetap terlihat cantik dengan kulit bersih, lembut, dan putih.
Salah satu yang dilakukan adalah dengan menggunakan handbody lotion. Handbody lotion merupakan suatu sediaan kosmetik berbentuk emulsi cair yang digunakan pada daerah tangan dan tubuh dengan tujuan melembabkan dan melembutkan kulit.
Perlambat Penuaan Kulit
Menurut Jamaluddin Siregar, kulit kakao memiliki kandungan air yang tinggi mencapai 85%, lemak 11,80%, BETN 34,90% dan Polifenol.
“Polifenol dalam kakao dapat memperlambat penuaan dini dan melancarkan peredaran darah,” kata Jamaluddin.
Mereka membuat handbody lotion dari kulit kakao ini dengan nama Lomaca. Itu merupakan kepanjangan dari Lotion Theobroma Cacao L.
Menurut Yuliari Suprihatin, tahap pembuatan Lomaca terdiri dari dua tahap. “Pertama kali kulit kakao dibuat ekstraknya dan kemudian baru dibuat lotionnya,” kata Yuliari.
Untuk pembuatan ekstrak, kulit kakao direndam etanol lalu ditutup aluminium foil selama 3 hari. Kemudian disaring dan menghasilkan ampas 1 dan filtrat 1. Ampas 1 diberi etanol lalu ditutup aluminium foil selama 2 hari, kemudian disaring dan menghasilkan ampas 2 dan filtrat 2.
Filtrat 1 dan 2 dicampur pada suhu 400 Celcius menjadi ekstrak kental. Pembuatan lotionnya terdiri dari campuran ekstrak kakao, lemak kakao, minyak zaitun, setil alkohol dan bahan lain dipanaskan dalam penangas air hingga lemak meleleh.
Campuran lalu dikocok sampai homogen dan didinginkan pada suhu ruang. Setelah dingin ditambahkan zat pengawet atau polifenol. Lomaca siap digunakan. Karya ini juga berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativias Mahasiswa bidang Kewirausahaan tahun 2019. (*)