Siedoo, Biopal merupakan produk biodiesel dari bahan baku limbah hasil karya tim mahasiswa FPIK Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur. Inovasi ini meraih peringkat ke-3 dalam ajang International Biotechnology Competition and Exhibition (IBCE) 2019 di Johor, Malaysia. Bahkan meraih Bronze Medal dalam ajang International Invention and Innovative Competition Series I di Malacca, Malaysia.
Dilansir dari laman ub.ac.id, tim beranggotakan Anita Nurmulya Bahari, Muhammad Iqbal Hardyanto, dan Ade Nanda Meilya Ndari. Mereka menciptakan biodiesel berbahan baku utama minyak jelantah yang diolah dengan limbah lainnya.
“Tim kami terus mencari dari berbagai sumber seperti jurnal dan melakukan penelitian untuk mendapatkan jawaban bagaimana saya menggunakan semua bahan dari limbah agar menghasilkan biodiesel,” kata Anita.
Proses Biopal
Kerja keras tak pernah mengkhianati hasil. Tim mahasiswa FPIK tersebut berhasil menciptakan biodiesel berbahan baku dari minyak jelantah, limbah serat tebu, dan cangkang kerang dara.
Proses yang dilakukan antara lain sebagai berikut, pertama minyak jelantah harus di-retreatment menggunakan limbah serat tebu yang telah diolah menjadi bubuk. Kemudian dicampur dengan minyak jelantah selama 1-2 hari. Selanjutnya minyak jelantah tersebut dianalisis kandungan kimianya, seperti kandungan efek asam, dan lain sebagainya.
Setelah itu akan ditemukan hasil, apakah kualitas minyak yang sudah dicampur naik atau tidak. Karena ada standar kandungan kimia yang mengidentifikasi hasil diesel yang bagus, yaitu harus didapatkan hasil pH yang tidak asam, tapi sedikit basah.
“Jadi fungsi dari retreatment minyak jelantah tersebut untuk memperbaiki kualitas minyak jelantah yang akan diolah menjadi biodiesel. Pada tahap selanjutnya, hasil minyak yang lebih berkualitas ini akan diolah menjadi biodiesel,” papar Anita.
Perlu Proses Kalsinasi
Di dalam kandungan biodiesel membutuhkan zat katalis yang bersifat basa kuat. Untuk mendapatkan katalis, mereka menggunakan proses kalsinasi.
Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan limbah cangkang kerang dara yang diproses dengan suhu tinggi 700-1.000 derajat celcius. Nantinya akan menghasilkan bubuk kalsium oksida, yang kemudian dicampur dan pada akhirnya menghasilkan biodesel.
Biodiesel dari limbah ini selain murah, ramah lingkungan, bisa digunakan sebagai bahan bakar diesel, dan sebagai sumber penerangan. Anita dan timnya berharap ke depan, biodiesel karya mereka dapat bermanfaat dan digunakan berkelanjutan.
“Kedepan kami ingin biodesel ini bisa digunakan untuk komersil maupun untuk pengabdian kepada masyarakat. Yaitu untuk daerah yang membutuhkan biodesel sebagai bahan bakar penerangan maupun kebutuhan lainnya” harap Anita mewakili tim. (*)