Siedoo.com - Sejumlah pelajar bersiap mengerjakan soal ujian saat gladi bersih Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2019 di SMA N 1 Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (12/03/2019). Gladi bersih yang digelar serentak di Indonesia itu mejadi persiapan guna menghadapi UNBK tingkat SMA yang akan digelar pada awal April mendatang. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.
Nasional

19 Persen Nilai UN Tertinggi SMA Sederajat dari Keluarga Kurang Mampu

JAKARTA –Siswa dengan latar belakang ekonomi lemah tidak semua tersingkir dari prestasi dunia akademi. Hal ini setidaknya tercermin dari hasil angket Ujian Nasional (UN) SMA sederajat tahun 2019.  Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno membeber hasil angket tersebut.

Salah satu yang menarik, lanjutnya, adalah 19 persen responden angket yang memiliki capaian UN tinggi merupakan siswa dari latar belakang keluarga dengan ekonomi kurang menguntungkan atau ekonomi lemah atau kurang mampu.

“Anak-anak yang dalam kehidupan sehari-hari serba kekurangan, setelah kita cek, ternyata nilai mereka tinggi. Belajar dalam kondisi kekurangan ternyata bisa berprestasi baik. Ini luar biasa. Anak dengan resilience atau ketahanmalangan,” terang Totok.

Angket diisi oleh 50 peserta di setiap sekolah pelaksana UNBK usai mengerjakan soal. Angket ini bertujuan untuk menggali informasi non-kognitif agar diperoleh analisis menyeluruh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi capaian siswa.

Ada lima jenis angket yang dapat dikerjakan oleh siswa seusai mengerjakan UN. Namun, setiap siswa hanya perlu mengerjakan satu jenis paket saja. Pertanyaan di dalam angket terkait indikator sosial-ekonomi seperti pekerjaan dan pendidikan orangtua serta kepemilikan barang. Selain itu, digali juga persepsi siswa dalam mengenali bakat dan keunggulan diri, serta cita-cita siswa.

“Persoalan ketahanmalangan ini bisa menjadi kriteria karakter anak Indonesia yang perlu ditumbuhkan,” tambahnya.

Kemendikbud akan terus meningkatkan kualitas dan komposisi soal ujian nasional. Menurut Kabalitbang, siswa perlu berlatih berpikir memecahkan soal-soal yang memerlukan cara berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills).

“Soal-soal HOTS pelan-pelan dinaikkan. Lambat laun kita tingkatkan komposisinya dari tahun ke tahun,” kata Totok.

Selain itu, Kemendikbud akan mendorong peningkatan jumlah peserta UNBK. Pihaknya berharap Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) tahun depan bisa menjangkau semua titik yang saat ini belum terjangkau akses internet.

Baca Juga :  Penggagas Bahasa Indonesia Mohammad Tabrani Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

“Sehingga tahun depan persoalan akses ini tidak ada lagi. Tinggal persoalan menyediakan perangkat komputer di sekolah-sekolah saja,” harapnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?