Siedoo, Tiga mahasiswa UGM Yogyakarta berinovasi di bidang kesehatan untuk masyarakat. Karya inovasi yang ditelurkan bernama Hematobot, sebuah aplikasi real-time berbasis kecerdasan buatan yang dirancang khusus untuk membantu para hematologis dalam menganalisis sel kanker pada pasien leukimia.
“Ini merupakan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika dalam bidang instrumentasi dan fisika medis,” kata Bimantara Hanumpraja, mahasiswa prodi Teknik Fisika 2015.
Ia berinovasi bersama temannya di Prodi Teknik Fisika, Ilham Zulfikri Firdaus serta Ayu Ariningsih dari prodi D3 Teknologi Instrumentasi, Sekolah Vokasi UGM.
Aplikasi hematobot menggunakan salah satu metode deep learning, yaitu Convolutional Neural Network untuk mengolah informasi berupa data gambar yang diperoleh dari kamera yang terpasang pada lensa okuler mikroskop. Aplikasi ini mudah untuk digunakan karena menggunakan platform android yang dapat diakses melalui smartphone.
Ia menerangkan, selama ini dalam menganalisis sel kanker para hematologis, harus melakukan perhitungan sel darah putih secara manual. Di RSUP Sardjito Yogyakarta, misalnya, para hematologis membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk meneliti setiap preparat dengan menggunakan mikroskop.
Padahal, rata-rata para hematologis harus menganalisis sekitar 5 preparat per hari. Sehingga, pada akhirnya menyebabkan kelelahan dan berakibat timbulnya human-error sebesar 30-40%.
“Menurut saya, sayang jika topik penelitian ini hanya berakhir sebagai tugas akhir belaka. Jika bisa dikembangkan menjadi suatu produk yang dapat digunakan orang banyak akan lebih baik,” jelasnya.
Dengan begitu, ia bersama tim akan mengembangkan ini menjadi sebuah startup sebagai langkah memajukan ekonomi Indonesia dalam era digital. Sekaligus sebagai solusi terbaik dalam dunia medis, khususnya hematologic.
Saat ini, aplikasi ini telah mampu mengklasifikasikan berbagai jenis leukosit pada penyakit leukimia tipe ALL-L1. Rencananya tim Hematobot akan terus meningkatkan kemampuan algoritmanya agar mampu melakukan klasifikasi penyakit leukimia lainnya, seperti AML, CLL, dan CML.
Selain itu, fitur yang akan dikembangkan selanjutnya adalah automatic counter. Fitur ini diharapkan mampu menghitung secara otomatis jumlah setiap jenis sel darah putih. Tim Hematobot juga berkomitmen untuk membangun sebuah startup yang bergerak dibidang medis sehingga lebih memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Kedepannya kami akan mengembangkan lagi produk ini, baik dalam segi kelas leukimia yang dapat dideteksi, platform yang dapat digunakan dalam menggunakan Hematobot maupun pengembangan menjadi sebuah startup dalam bidang medis,” jelasnya.
Bahkan, tim juga akan mengembangkan lagi jenis platform yang mampu mengakses hematobot. Seperti platform web maupun platform ios.
Meraih Juara III
Berkat inovasi itu, tim mahasiswa UGM berhasil menjuarai 3rd Open Innovation IMERI FKUI 2019, lomba bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (FK UI) di Gedung IMERI FKUI, Jakarta Timur, akhir April 2019.
Open Innovation IMERI FKUI adalah suatu ajang kompetisi interdisipliner yang bertujuan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh dunia kedokteran saat ini.
Pada kompetisi yang berlangsung untuk ketiga kalinya ini, diikuti 85 tim dari berbagai kalangan akademis maupun praktisi kesehatan dari seluruh Indonesia. Setelah dilakukan tahap seleksi proposal, terpilih 30 tim yang maju ke babak final di Jakarta. (*)