Siedoo, Hingga hari ini, masih diperbincangkan banyak orang tentang kisah anak seorang buruh yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dialah Syahrul Ramadhan (18) meraih kursi di Fakultas Kedokteran melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diikuti ribuan calon mahasiswa.
“Saya sudah bercita-cita menjadi dokter dan ingin menempuh pendidikan di UI. Sejak itu, saya konsisten menjaga nilai agar dapat tembus UI melalui jalur prestasi rapor,” kata Syahrul dikutip dari antaranews.com.
Syahrul yang berasal dari sekolah SMA Negeri 2 Bangko, Rokan Hilir, Riau, menceritakan tekun belajar menjadi kunci keberhasilannya lolos salah satu fakultas favorit di Indonesia.
Pada Senin (22/4/2019), Syahrul melakukan verifikasi rapor di Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru UI Kampus Depok serta dilanjutkan dengan proses daftar ulang yang dilakukan pada Kamis (25/4/2019) di Balairung UI.
Syahrul mengaku sangat bahagia dan bangga saat mengetahui dirinya diterima di FKUI. Namun di lain sisi, dia dan orangtuanya khawatir akan biaya kuliah dan transportasi.
“Namun, alhamdulillah, pihak UI khususnya alumni FKUI dan Dekan FKUI memberikan dukungan dana sehingga keraguan saya seketika sirna,” ujarnya.
Arul juga berhasil lulus Bidikmisi dan tak hanya itu, pihak UI juga memberikan kemudahan verifikasi rapor dan daftar ulang yang dilakukan pada minggu yang sama sehingga dirinya tidak perlu keluar uang transportasi Pekanbaru-Jakarta dua kali lebih banyak.
Semasa sekolah, Arul mengaku selalu meraih juara umum dengan rata-rata nilai di atas 90. Maka dari itu Arul memberanikan diri untuk mengambil jurusan kedokteran di UI.
“Kemudahan-kemudahan yang saya peroleh membuat saya semakin yakin bahwa saya dapat menyelesaikan studi saya di UI tanpa terkendala biaya,” ujar Syahrul dilansir republika.co.id.
Tersebar di Tanah Air
Tidak hanya Syahrul, dari 80 anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2019, 31 di antaranya dinyatakan lolos.
Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir dalam acara Konferesi Pers Pengumuman Hasil SNMPTN 2019. Bertempat di Kantor Kemenristek Dikti, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Dilansir liputan6.com, Nasir mengungkapkan, mereka diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) yang tersebar di beberapa daerah. Seperti di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Universitas Mataram. Kini tentu saja tersebar di tanah air.
Ada juga Nurul Rusmavita, gadis penerima beasiswa bidikmisi yang mendapatkan nilai indeks prestasi sempurna 4,00 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Gadis asal Onggomertan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta ini mengisahkan bahwa kuliah merupakan cita-citanya sejak SMP. Hanya saja, niat untuk kuliah terkendala persoalan ekonomi keluarga.
Awalnya Nurul bimbang. Pasalnya ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan tak menentu, sementara ibunya tidak bekerja.
“Saat lulus dari SMP sempat bingung untuk masuk SMK, apakah ke jurusan Kimia atau Akuntansi,” katanya.
Kendati dengan ekonomi pas-pasan, orangtua Nurul punya tekat kuat untuk tetap menyekolahkan putrinya sampai jenjang pendidikan tinggi. Semangat ayahnya luar biasa meski raganya sakit-sakitan tapi tetap banting tulang demi menyekolahkan anaknya.
Atas saran dari orangtuanya, gadis kelahiran Sleman, 25 Maret 1999 tersebut memilih di SMKN 1 Depok prodi Akuntansi. Pada Ujian Nasional SMK, Nurul mendapat nilai 10 untuk mata pelajaran Matematika. Menurut ibunya, Wartinah, sejak SD hingga SMP Nurul selalu masuk sepuluh besar, bahkan saat SMP bisa tembus tiga besar.
“Ketika sekolah di SMK, tiap melewati Fakultas Ekonomi UNY Nurul selalu bilang pada saya, kelak saya harus kuliah di sini,” ucap Wartinah dilansir kumparan.com.
Akhirnya, keinginan itu terkabul saat Nurul diterima melalui jalur SBMPTN pada prodi pendidikan akuntansi FE UNY. Nurul mendapatkan beasiswa bidikmisi sehingga tidak perlu membayar SPP. Selama kuliahpun Nurul meraih beberapa prestasi seperti ajang olimpiade akuntansi.
Kisah di atas membuktikan bahwa meskipun anak seorang buruh, atau anak dari keluarga kurang mampu pun memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan. Keadaan ekonomi bukan penghalang, selama tekun belajar siapa pun bisa kuliah dan berprestasi. (*)