Siedoo, Upaya mengenalkan mahasiswa baru terhadap pembelajaran di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya dilakukan dengan pemberian tugas untuk pembuatan pameran. Pameran bertajuk Automatic Smart Garden (Asgard) merupakan bagian dari pameran bornsister.
Pameran bornsister sendiri merupakan tradisi bagi mahasiswa S1 Teknik Komputer. Kegiatan serupa sudah berjalan turun-temurun guna menciptakan karya sebelum mahasiswa benar-benar mendalami ilmunya.
Geraldhi Aditya Putra Mahayadnya mengungkapkan inovasi yang dipamerkan merupakan buah dari pembelajaran otodidak 40 mahasiswa Teknik Komputer Angkatan 2018. Mereka ramai-ramai bekerjasama membuat sebuah alat otomatis dalam sektor pertanian dan perkebunan.
“Karya kami berfokus pada implementasi teknologi otomasi di sektor pertanian dan perkebunan, diharapkan dapat membantu warga yang ingin melakukan cocok tanam di dalam ruangan. Selain itu mahasiswa juga mendapat pandangan kedepan tentang revolusi industri 4.0 pada sektor tersebut,” ujarnya dilansir tribunjatim.com.
Gunakan beberapa sensor
Dalam pameran yang diselenggarakan di Stikom Surabaya selama dua hari mulai Selasa hingga Rabu (5-6/3/2019) di ruang expo lantai 1 ini tak hanya menampilkan prototype Asgard. Tetapi juga berbagai komponen sensor yang dipelajari mereka secara otodidak.
“Kami membuat alat ini dengan menggabungkan beberapa sensor yaitu sensor suhu, sensor kelembapan udara, sensor kelembapan tanah dan desain tempat. Jadi cocok untuk bercocok tanam khususnya tanaman-tanaman dari pegunungan di area Surabaya yang panas,” jelasnya.
Dilansir jatimnow.com, Geraldi menjelaskan sensor suhu yang dirancang mereka akan menstabilkan suhu di dalam Asgard yang berbentuk seperti lemari kaca tersebut. Jadi ketika dalam asgard lebih dari 28 derajat maka kipas dan lampu akan menyala dan menstabilkan suhu. Karena suhu untuk tanaman strawberry yang kami gunakan antara 28 hingga 30 derajat.
Hal yang sama dilakukan pada sensor kelembapan udara yang dipasang untuk menstabilkan suhu. Sementara sensor kelembapan tanah untuk menentukan kapan penyiraman akan menyala otomatis.
“Untuk mendukung tanaman dapat tumbuh tanpa paparan sinar matahari desain kami buat agar bisa mendapat paparan lampu grow light, dan lampu bohlam. Kebutuhan pencahayaan pada tanaman dikontrol sesuai jadwal menggunakan real time clock,” urainya dilansir tutwuri.id.
Mahasiswa lain, Danang Sindo Prasetyo mengungkapkan karena mempelajari secara otodidak, sejumlah kesulitan dirasakannya dan teman-temannya. Apalagi sebagai mahasiswa baru mereka harus merancang sistem untuk sensor yang ada.
“Dari beberapa sensor tersebut disatukan sehingga menjadi Asgard. Alat ini dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Nah ini yang sulit karena kami belum pernah belajar, jadi ya baca-baca sampai tanya kakak tingkat,” kenangnya.
Usai mempelajari setiap komponen sensor, mereka juga dihadapkan pada kesulitan menyatukan sensor agar bisa mewujudkan desain Asgard yang berukuran 100 cm x 55 cm x 80 cm ini. Namun dapat diatasi oleh mereka.
Kini mereka bisa berbangga desain Asgard yang mereka buat telah mampu bekerja dengan baik bahkan menyala dengan sempurna dalam pameran. Diakui hal itu menjadi pengalaman berharga mereka dan bisa sebagai dasar untuk tugas akhir nantinya. (*)