JAKARTA – Belakangan ini kabar mahasiswa asal Indonesia yang sekolah di Taiwan cukup heboh. Kemenristekdikti menerima informasi ada 300-an mahasiswa negeri ini di Taiwan yang dipaksa bekerja di pabrik-pabrik.
Salah satunya adalah pabrik pembuatan lensa kontak (soft lens). Sebagian mahasiswa itu saat ini sedang menempuh studi di Hsing Wu University. Ratusan mahasiswa tersebut dilaporkan menjalani kuliah hanya pada Kamis dan Jumat. Kemudian, mulai Minggu hingga Rabu, mereka bekerja dengan rata-rata durasi 10 jam setiap hari.
Karena hal tersebut, kepada masyarakat yang ingin kuliah di luar negeri dan mendapatkan beasiswa, Menristekdikti Mohamad Nasir mengimbau harus hati-hati. Jangan sampai terpedaya dengan rayuan calo.
“Cari tahu informasinya dulu. Bisa cek di Kemenristekdikti, apakah ada program beasiswa atau tidak,” katanya dilansir jpnn.com.
Apa yang terjadi dengan kasus ratusan mahasiswa Indonesia di Taiwan, kemungkinan penipuan. “Mereka berangkat sendiri dengan iming-iming diberikan beasiswa di PT, ternyata sampai di sana tidak diterima dan akhirnya bekerja di perusahaan,” bebernya.
Nasir memastikan akan menyelidiki kasus dugaan ratusan mahasiswa Indonesia menjalani kerja paksa di Taiwan. Mereka diiming-imingi dapat beasiswa perguruan tinggi di Taiwan. Namun, justru dipekerjakan dengan bayaran yang tidak sesuai.
“Saya sudah perintahkan ke Dirjen Belmawa (Pembelajaran dan Kemahasiswaan) untuk mencari tahu apa ada PT lokal yang terlibat,” ujarnya.
Mahasiswa asal Bangka Belitung juga dikabarkan turut menjadi korban. Karenanya, pemerintah provinsi setempat ikut bereaksi atas dugaan kasus tersebut.
Gubernur Babel Erzaldi Rosman berjanji mengirim perwakilan untuk mengecek. Rencananya, yang ditunjuk untuk berangkat ke Taiwan adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Direktur Polman (Politeknik Manufaktur) Timah.
“Saya belum tahu jelas kebenaran berita ini. Tapi, saya yakin mudah-mudahan di sana mereka (para mahasiswa) aman dan baik-baik saja. Meskipun yang di sana tentunya bukan hanya dari Babel,” katanya dilansir dari babelpos.com.
Melansir dari detik.com, Pemerintah Taiwan membantah mahasiswa Indonesia menjadi korban kerja paksa di Hsing Wu Science and Technology University. Pemerintah Taiwan kemudian menjelaskan program kuliah magang yang diikuti para mahasiswa ini.
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Ketua Perwakilan Kantor Ekonomi dan Dagang Taipei (TETO) Indonesia di Jakarta, John C Cen. Pernyataan disampaikan dalam Bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan dalam keterangan tertulis.
“Pemerintah Taiwan selalu mementingkan kesejahteraan mahasiswa dan pekerja asing dan sangat mewajibkan semua universitas dan perguruan tinggi yang berpartisipasi dalam ‘Program Magang Industri-Universitas’ untuk mengikuti aturan dan peraturan yang relevan,” kata John.
John menegaskan para mahasiswa yang magang mendapatkan hak sesuai ketentuan. Dia juga membantah para mahasiswa bekerja lebih dari durasi yang ditentukan yaitu 20 jam. (Siedoo)