JAKARTA – Di momen tahun baru 2019 beberapa hari lalu beredar kabar tak sedap. Yakni, penularan virus HIV melalui terompet. Kabar ini viral di jejaring media sosial, seperti Whatsapp.
Dalam pesan tersebut, dikatakan, infeksi virus dapat menular ke pengguna melalui air liur dari pembuat terompet saat uji kelayakan, atau dari penjual serta calon pembeli ketika sedang mencoba terompet. Itu terjadi jika salah satu dari orang-orang tersebut ada yang menderita penyakit menular.
Disebutkan pula berbagai penyakit yang dapat menular melalui air liur di ujung terompet tersebut meliputi kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, hepatitis, serta HIV/AIDS.
Tidak hanya itu, informasi yang disebarkan melalui broadcast message ini juga mengatasnamakan dr. Boyke sebagai sumber dan penyampai informasi, serta mengajak penerima pesan untuk turut meneruskan.
Lalu bagaimana pandangan akademisi mengenai hal terasebut? Dipastikan kabar itu adalah hoaks, tidak benar.
Dokter alergi dan imunologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RSCM, Dr. dr. Evy Yunihastuti, SpPD-KAI membantah kebenaran informasi pada pesan tersebut. Menurutnya, air liur bukan merupakan medium penularan HIV.
“Air liur dari terompet tidak bisa menularkan virus HIV, kecuali ada darah yang terlihat dalam air liur,” ujar dr. Evy dikutip dari kompas.com.
Dinyatakan, untuk penularan HIV itu bisa melalui air mani, cairan vagina, darah. Sementara untuk cairan-cairan yang ada di luar tubuh seperti keringat dan air liur itu tidak bisa menularkan HIV, kecuali ada darah yang kasat mata.
Melansir dari ui.ac.id, hal lain yang perlu diklarifikasi dari pesan tersebut adalah pernyataan mengenai jenis penyakit yang dapat menular melalui air liur. Tidak seperti yang disebutkan pada pesan hoaks di atas, kebanyakan jenis kanker seperti kanker darah tidak dapat menular antarindividu, terutama melalui air liur.
Walaupun beberapa literatur menyebutkan adanya kontribusi infeksi virus sebagai penyebab beberapa jenis kanker seperti kanker mulut dan lidah. Umumnya, dibutuhkan kontak langsung yang erat untuk penularan virus tersebut.
Selain itu, dibutuhkan pula banyak faktor pencetus lainnya. Seperti daya tahan tubuh yang rendah serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi, agar infeksi virus tersebut dapat bermanifestasi menjadi kanker.
Sedangkan, penularan penyakit hepatitis B dan C umumnya hanya dapat melalui cairan dalam tubuh, sama seperti halnya dengan HIV/AIDS. Adapun hal-hal preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan penyakit tersebut adalah dengan selalu berhati-hati dalam menggunakan objek, terutama jika dicurigai telah terkontaminasi cairan dalam tubuh seseorang.
dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, seorang pakar Obstetrik dan Ginekologi yang namanya disebutkan dalam pesan hoaks tersebut menyatakan dengan tegas bahwa pesan tersebut hanyalah hoaks.
“Pesan itu hoaks, sudah tersebar setiap kali mau tahun baru, sejak lima tahun lalu,” ujarnya. (Siedoo)