Siedoo.com -
Internasional Seni

Indonesia Dapat Kehormatan Memeriahkan Festival Janadriyah di Arab Saudi

ARAB SAUDI – Bangsa Indonesia mendapat penghormatan terlibat dalam Festival Janadriyah di Ibukota Arab Saudi, Riyad, 20 Desember 2018 sampai 19 Januari 2019. Melalui KBRI di Riyad, Kementerian Agama (Kemenag), Kemendikbud, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Olahraga diberi kesempatan untuk ikut memeriahkannya.

Festival Janadriyah merupakan festival kebudayaan internasional yang menjadi ajang pertunjukan tahunan. Festival diisi dengan berbagai pertunjukan seni tari, menyanyi, dan lainnya. Tujuannya, memelihara budaya dan tradisi di lingkungan Kerajaan Arab Saudi.

Tim Kemenag dijadwalkan berada di Arab Saudi dari 27 Desember 2018 hingga 5 Januari 2019. Total ada 27 orang, terdiri dari tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Sekretariat Jenderal, Satker Kanwil DKI dan Madrasah.

Sebagai Ketua Rombongan, Ali Ghozi didampingi Kasubag TU Setjen Ali Fakhrudin dan Kasubag TU Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Ahmad Papay Supriyatna.

Dari Kemenag yang berkesempatan ikut adalah Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia (IC). Mereka menampilkan Tari Ratoh, tarian tradisional.

“Siswa MAN IC di sini menampilkan Tari Ratoh,” terang Kabag Umum Ditjen Pendidikan Islam Ali Ghozi yang menjadi koordinator delegasi Kemenag dilansir kemenag.go.id.

Mereka tampil pada 29 Desember 2018 lalu. Tari Ratoh berasal dar Aceh. Tarian ini menggambarkan perpaduan harmonis antara gerak badan dan tangan.

Tarian terdiri dari gerakan dalam posisi duduk, berlutut, membungkukkan badan, menepuk dada, menggelengkan kepala, menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri serta gerakan-gerakan lainnya.

Menurut Ali, tarian ini memiliki arti puji-pujian dan dzikir terhadap Allah SWT yang didendangkan sambil duduk. Setiap anggota penari akan menarikan gerakan yang sama. Jika sudah terdengar suara musik beserta syair-syair dengan menggunakan bahasa Aceh, maka itu pertanda bahwa tarian Ratoeh Jaroe telah dimulai.

Baca Juga :  ITS Kembali Masuk dalam Pemeringkatan Dunia di THE WUR

“Formasi, kekompakan dan alunan musik rapai menjadi ciri khas tarian ini. Pelantun syairnya dinamakan Shahi. Posisi shahi saat tarian dimulai akan berada di luar barisan para penari. Biasanya syair tersebut akan dinyanyikan juga oleh seluruh penari,” ujarnya.

Kostum yang digunakan berupa pakaian lengan panjang yang berwarna-warni, kain songket yang berasal dari Aceh. Ditambah dengan ikat kepala untuk mempercantik kostum penari.

Ditambahkan Ali Ghozi, tarian ini biasanya dibawakan pada acara-acara besar, seperti pernikahan, kenduri naik haji, malam terakhir Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta memperingati Maulid Nabi SAW. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?