Siedoo, Pernahkah pembaca, memakan bakpia. Tapi, bagaimana jika bakpia yang dimakan terbuat dari belalang. Inovasi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini, menghasilkan makanan yang cukup asing.
Mereka adalah Yohana Paramita, Wisnu Listiantoko, Ahmad Arif Aldy, Prasetyo Fitriana Eka Putri dan Bagus Nursahit. Hasil karya mereka, mampu menciptakan makanan ringan bakpia, namun terbuat dari belalang.
Inovasi ini tidak lepas dari kondisi di Gunungkidul, yang berkontur pegunungan. Tanahnya yang berkapur mengakibatkan tanahnya kurang subur, namun banyak pohon jati yang tumbuh. Pohon jati yang berdaya jual tinggi ini, tidak lepas dari hama berupa belalang kayu.
Hama kayu ini hidup di dahan pohon dan memakan dedaunan. Sehingga, mengganggu pertumbuhan pohon dan sangat merugikan petani. Selama ini untuk mengurangi hama belalang kayu, masyarakat menangkapnya lalu dijadikan belalang goreng.
Dan ternyata belalang goreng, sangat diminati wisatawan yang sedang berwisata di daerah Gunungkidul. Dari sinilah, mahasiswa prodi pendidikan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial UNY mengkreasikan belalang menjadi bakpia, sebagai alternatif varian rasa bakpia yang selama ini didominasi rasa kacang hijau, coklat atau keju.
Menurut Ahmad Arif Aldy, pembuatan bakpia belalang terbagi dalam dua hal, yaitu pembuatan kulit dan isi bakpia. “Kulit bakpia terbagi atas kulit luar dan kulit dalam,” kata Arif.
Kulit luar terbuat dari tepung, gula, air dan garam yang dicampur dan dipipihkan. Sedangkan kulit dalam, terbuat dari campuran tepung dan margarin kemudian dipipihkan. Bahan yang dibutuhkan gula, garam, cabai, rempah-rempah, minyak sayur dan mentega.
Untuk isi bakpia, belalang dibersihkan dari kotoran, dicuci dan tiriskan. Masukkan dalam panci kemudian direbus dengan bumbu dan air. Belalang rebus kemudian digoreng dan diblender kasar, campur dengan bumbu varian rasa.
Setelah dicampur dengan tepung, jadilah isi bakpia. Isi bakpia ini kemudian dibentuk bulatan kecil, dibungkus kulit dalam dan kulit luar, kemudian dioven selama 15 menit.
“Dibalik setelah 5 menit dan dioven kembali dalam suhu 185 derajat. Setelah matang, dikeluarkan dari oven dan bakpia belalang siap dikonsumsi,” jelasnya.
Ketua kelompok Yohana Paramita menjelaskan, belalang memiliki berbagai manfaat dan memiliki beragam jenis kandungan nutrisi penting. Seperti, protein, vitamin, asam lemak esensial dan mineral.
Selain kadar proteinnya tinggi, dalam belalang terkandung beragam jenis mineral. Seperti kalsium, magnesium, potassium, sodium, fosfor, zat besi, zinc, mangan dan tembaga. Sedangkan kandungan vitaminnya beragam mulai dari vitamin A, B, B1, B2, B6, E dan C, asam folat hingga berbagai jenis asam lemak.
“Belalang juga memiliki nilai jual, dengan dijadikan belalang goreng,” kata Yohana.
Oleh karena itu, mereka mengolah belalang menjadi bakpia, agar bisa menambah ragam kudapan daerah Gunungkidul.
Wisnu Listiantoko menambahkan, pada belalang segar, kandungan proteinnya sekitar 20 persen. Tetapi di belalang yang kering sekitar 40 persen. Kulitnya juga mengandung zat kitosan seperti udang.
“Belalang juga dapat memenuhi 25 hingga 30 persen kebutuhan vitamin A,” ujarnya.
Bakpia belalang ini disediakan dalam tiga varian rasa yaitu pedas, manis dan gurih. Bagaimana rasanya, pembaca boleh langsung mencoba sendiri. (*)