Siedoo, Indonesia sejatinya memiliki lahan produksi pertanian seluas 8 juta hektar. Akan tetapi terdapat banyak hama yang menghambat pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah keong sawah (Bellamya javanica).
Keong sawah ini berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat tinggi terhadap panen tanaman padi.
“Hal ini dikarenakan keong sawah ini memiliki sifat polyphagous herbivore, yakni berkembang dengan sangat cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan,” kata salah satu mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur Mohamad Ilham Fahmi.
Ilham menyampaikan ini berkaitan dengan penelitiannya bersama tim. Adalah Ifon Robi Kurniadi, Ilham Pradana Kusuma, dan Aditya Rachmad Andriyono dengan nama Tim PERFE-CT. Mereka berinovasi menggunakan abu cangkang keong sawah dan serbuk kapur alami dalam campuran pembuatan beton.
Inovasi tersebut didasarkan pada material lokal Indonesia yang masih melimpah, namun tidak pernah dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, cangkang keong sawah juga mengandung kadar CaCO3 (kalsium karbonat) yang sangat tinggi. Sehingga, dapat bereaksi sangat baik dengan semen sebagai bahan utama pembuatan beton.
“Kami memanfaatkan cangkang keong sawah karena selama ini yang dimanfaatkan hanya dagingnya saja. Sedangkan cangkangnya terbuang sia-sia,” jelas Ilham.
Selain argumen itu, alasan lain inovasi mereka juga berkaitan dengan makin tingginya permintaan beton di masyarakat saat ini. Kemudian menyebabkan makin tinggi pula kadar karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh Portland Pozzoland Cement (PPC) sebagai bahan utama pembuat beton bagi lingkungan sekitar.
Menanggapi hal itu, empat mahasiswa berinovasi dan menemukan terobosan tersebut. Ketua tim Ifon Robi Kurniadi mengungkapkan, batuan kapur alami yang dimiliki Indonesia saat ini masih melimpah, khususnya di Provinsi Jawa Timur. Namun, hampir di setiap daerah di Jawa Timur yang memiliki batuan kapur alami masih belum memanfaatkan secara maksimal.
Padahal manfaat kapur alami untuk berbagai produksi bahan sangatlah besar. Terutama untuk campuran beton.
“Sebab, kapur alami memiliki hasil yang sangat baik dalam bereaksi dengan semen pada campuran beton,” ungkap Ifon.
Dijelaskan bahwa, produksi semen PPC, saat ini mencapai 2,8 milyar ton per tahun untuk produksi bahan baku beton. Sehingga menyumbang dua hingga enam persen dari keseluruhan emisi CO2 oleh manusia dan diprediksi akan terus meningkat. Dalam pembuatan beton, material pozzolanic menjadi campuran dari semen PPC.
Untuk mengurangi penggunaan PPC itulah, Tim PERFE-CT mengganti material pozzolanic dan menambahkan komposisinya menggunakan abu cangkang keong dan serbuk kapur alami.
“Selain mampu mengganti material pozzolanic, penggunaan material lokal ini juga dapat membantu perekonomian serta meminimalisir limbah yang tak ternilai,” tuturnya.
Tim PERFE-CT telah mencoba sejumlah pengujian kuat tekan dengan proporsi bahan yang bervariasi. Pengujian tersebut melibatkan beberapa variabel dengan menggunakan semen PPC, abu cangkang keong dan serbuk kapur alami.
Beberapa hasil pengujian kuat tekan beton yang dihasilkan adalah 47,13 MPa; 42,20 Mpa dan 47,64 MPa. Pengujian ini menggunakan variabel kontrol berkomposisi 100 persen semen PPC yang berkekuatan tekan 50,17 MPa.
Kekuatan paling besar dengan kuat tekan 47,64 MPa tersebut diperoleh dengan proporsi semen PPC 80 persen, abu cangkang keong 10 persen dan serbuk kapur alami 10 persen.
Berkat ide inovasi yang murni dan asli tersebut, konsep yang di bawah bimbingan Ridho Bayuaji ST MT PhD ini mendapat tiga penghargaan sekaligus di ajang KIDE 2018 tersebut. Antara lain Gold Medal 2018 Kaohsiung International Invention & Design Expo, Award of Excellence dari Toronto Canada International Society of Innovation & Advanced Skill, dan Excellent Gold Medal dari Highly Innovative Unique Foundation Kingdom of Saudi Arabia. (*)