SEMARANG – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendorong lebih banyak lagi pondok pesantren (ponpes) untuk memiliki akademi komunitas. Pendidikan komunitas tersebut statusnya setara dengan perguruan tinggi.
Modelnya lewat pendidikan vokasi atau keahlian terapan. Seperti, dengan jenjang pendidikan Diploma Satu (D-1) dan Diploma Dua (D-2). Dengan begitu harapannya santri bisa bersaing lebih luas di era global saat ini.
Menrisrekdikti Mohamad Nasir menyatakan, saat ini telah banyak ponpes yang sudah memiliki jenjang pendidikan SMA/SMK. Karenanya, Kemenristekdikti mendorong pesantren di Indonesia untuk meningkatkannya ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
“Kita tingkatkan kualitasnya ke pendidikan tinggi melalui jembatan yang namanya akademi komunitas. Saya menargetkan akan ada 30-40 pondok pesantren yang memiliki akademi komunitas di tahun 2019-2020,” ujar Menristekdikti saat di Semarang sebagaimana dalam pers rilisnya.
Melalui akademi komunitas, pendidikan vokasi pada jenjang perguruan tinggi pun dapat dilaksanakan. Nantinya pendidikan vokasi melalui akademi komunitas diharapkan dapat dikembangkan untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan lebih cepat. Dengan hal ini, santri tidak hanya belajar pendidikan agama, tetapi juga yang lain.
Menurut dia, pendidikan vokasi di pesantren tidak hanya pada teknik elektro, teknik mesin, atau teknik komputer saja. Melainkan, harus sesuai dengan potensi di daerahnya. Hal tersebut tentu dapat meningkatkan daya saing untuk bekerja di industri dan mengembangkan potensi daerahnya.
“Kita perlu membangun pendidikan tinggi atau keterampilan di pesantren. Jadi tidak hanya belajar ilmu agama, tapi juga keahlian yang lain juga,” tutur Menristekdikti.
Bekerjasama dengan Konsorsium Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama dan Yayasan Penabulu, Kemenristekdikti mensosialisasikan bentuk dan persyaratan pendirian pendidikan tinggi akademi komunitas kepada 99 perwakilan pesantren di Provinsi Jawa Tengah.
Saat ini terdapat lebih dari 90 ponpes di Provinsi Jawa Tengah dan lebih dari 70 pondok pesantren di Provinsi Jawa Timur yang memiliki pendidikan SMK. Namun, baru ada dua akademi komunitas di pondok pesantren yang berdiri di Jawa Tengah. Kedepannya diharapkan muncul akademi komunitas lebih banyak lagi.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen menyampaikan bahwa, sangat senang dan mengapresiasi tumbuhnya akademi komunitas di pondok pesantren di Jawa Tengah. Karena, hal tersebut tidak hanya mendorong santri SMK untuk melanjutkan ke D-1, tapi juga dapat mendorong lulusan menjadi siap bekerja atau berwirausaha sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
“Presiden meminta untuk menggenjot pembangunan infrastruktur, baru kemudian SDM-nya. Kami harap melalui akademi komunitas dapat meningkatkan soft skill agar terbentuk SDM yang berkualitas,” tandasnya. (Siedoo)